Ya, Shinta, harus kuakui. Mencintaimu adalah bahagia dan sedih. Bahagia karena memilikimu di dalam hatiku. Dan sedih karena cinta kita tak pernah bersatu. Aku mengakhiri nyawamu bukan karena aku membencimu. Namun aku takut, ada yang memilikimu lagi, selain aku.
Dan akhirnya tubuhmu kubopong untuk menikmati senja terakhir kita. Aku sadar, mencintai adalah tentang kerelaan. Dan memang ada cinta darimu yang kau titipkan padaku. Aku sadar, ketika tangisan anakmu mulai memanggilku dari kamarnya.
***
Ditulis dengan penuh kerelaan, untuk yang mencintai dalam kenangan.
Surakarta,September 2017
*) Pernah dipublikasikan di harian Radar Surabaya edisi 1 Oktober 2017
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H