Raina tertawa kecil. "Apa kau percaya dengan mitos seperti itu?"
Han tersenyum jahil. "Tidak sepenuhnya. Tapi... siapa tahu? Mungkin kita bisa mencobanya."
Raina memandang ke arah langit, berharap melihat bintang jatuh. Mereka duduk dalam diam, menikmati kebersamaan itu. Hingga tiba-tiba, sebuah bintang jatuh melintas di langit.
"Han! Lihat!" seru Raina, menunjuk ke langit.
Han hanya tersenyum, lalu menoleh padanya. "Aku tidak perlu melihat bintang jatuh untuk tahu apa yang aku inginkan."
Raina terdiam, menatap Han yang kini menatapnya dengan serius. "Apa maksudmu?"
Han meraih tangan Raina dan dengan lembut berkata, "Aku sudah tahu apa yang aku inginkan sejak lama, Raina. Itu... kau."
Raina terkejut, matanya berkaca-kaca. Tapi kemudian, ia tersenyum, perasaan hangat mengalir dalam dirinya. "Han, aku... aku juga menginginkan hal yang sama."
Dan di bawah langit penuh bintang, diiringi suara ombak yang menghantam pantai, mereka saling mendekat. Sebuah senyuman penuh harapan dan cinta menghiasi wajah mereka berdua, mengiringi malam yang menjadi awal dari sebuah kisah cinta yang baru di desa Hanjung.
Malam itu, di bawah langit penuh bintang, Raina dan Han merasakan momen yang tak terlupakan. Cinta mereka yang tumbuh pelan namun pasti, kini terungkap tanpa keraguan. Hari-hari di desa Hanjung semakin terasa hangat dengan kehadiran satu sama lain, dan kehidupan Raina yang semula tenang kini penuh dengan senyuman.
Namun, tak lama setelah momen indah itu, Raina menerima sebuah surat dari kota besar. Surat itu berasal dari klinik besar yang pernah ia impikan untuk bekerja sebelum ia pindah ke desa. Mereka menawarkan Raina posisi impian---kesempatan langka untuk memimpin departemen gigi di salah satu rumah sakit terbaik di negara itu.