"Kau tahu, aku tidak pernah meminta panggilan seperti itu, kan?" Raina tertawa kecil sambil membereskan peralatannya.
"Justru karena kau tidak minta, makanya aku memanggilmu begitu," Han mengedipkan mata, mendekat ke meja resepsionis. "Hari ini kau terlihat lelah. Mau aku buatkan teh?"
Raina menatap Han dengan senyum kecil di bibirnya. "Teh buatanmu selalu enak, tapi sepertinya hari ini aku butuh yang lebih dari itu."
"Oh? Apa yang lebih dari teh?" Han mengangkat alisnya, penasaran.
Raina menghela napas sambil tertawa ringan. "Mungkin... jalan-jalan lagi di dermaga? Suasananya selalu menenangkan, dan... mungkin sedikit obrolan santai."
Han tersenyum lebar. "Baiklah, dokter cantik. Mari kita jalan-jalan."
Sore itu, matahari tenggelam perlahan di ufuk barat, meninggalkan jejak warna jingga dan ungu di langit. Mereka berjalan beriringan di dermaga, menikmati pemandangan laut yang tenang. Angin laut berhembus lembut, membawa aroma asin khas pantai.
"Han," Raina memecah keheningan, "Aku kadang merasa bersalah karena meninggalkan hidupku di kota. Seperti aku melarikan diri dari masalah-masalahku di sana."
Han menatapnya sejenak, kemudian dengan tenang menjawab, "Semua orang punya caranya sendiri untuk mencari ketenangan, Raina. Kadang, menjauh dari sesuatu bukan berarti melarikan diri. Mungkin itu cara kita menemukan diri kita lagi."
Raina menunduk, mendengar kata-kata Han yang sederhana namun begitu dalam. "Kau benar. Di sini, aku merasa bisa bernapas lagi, seolah ada ruang yang cukup untukku berpikir."
Han berhenti berjalan dan menatapnya dengan serius. "Kau tahu, aku juga merasa seperti itu sejak kau datang ke sini. Desa ini memang selalu damai, tapi sejak kau datang, semuanya terasa... lebih hidup."