Rasa sakit dan marah Kirana tumbuh dari kenyataan bahwa ia tidak pernah mendapatkan haknya sebagai seorang anak, dan ia merasa bahwa Ayu yang seharusnya hidup sebagai manusia mendapatkan kehidupan yang seharusnya menjadi miliknya juga. Kirana, yang terikat secara rohani dengan Ayu, melihat setiap momen kehidupan saudara kembarnya sebagai pengingat akan kehidupan yang dicuri darinya.
Dendam Kirana muncul dari perasaan ketidakadilan dan keinginan untuk membalas atas apa yang terjadi padanya---ia menginginkan orang tuanya merasakan kehilangan dan ketakutan yang ia rasakan saat hak hidupnya dirampas. Kehadirannya yang menyeramkan melalui tubuh Ayu adalah caranya untuk menuntut keadilan dan mengambil kembali apa yang menurutnya seharusnya menjadi miliknya.
Namun, saat itu, sebuah ide gila muncul dalam benak Laras. Ia berlari ke dapur, mengambil cermin besar yang dulu diberikan oleh Nyi Ranti sebagai bagian dari ritual. Ia mengangkatnya di depan Ayu.
"Kirana! Lihatlah dirimu!" teriak Laras.
Ayu terdiam, dan bayangan di belakangnya mulai bergetar. Kirana, yang telah menguasai tubuh Ayu, melihat pantulan dirinya di cermin. Untuk pertama kalinya, ia melihat wujudnya yang rusak, sebuah roh yang tertinggal di antara dunia manusia dan kegelapan.
"Ini bukan aku... bukan aku yang kau janjikan!" jerit Kirana, suaranya pecah menjadi ribuan bisikan yang menakutkan.
Cermin itu mulai retak, tetapi dengan setiap retakan, bayangan Kirana semakin memudar. Suara tangisnya memenuhi ruangan, hingga akhirnya... semuanya lenyap. Cermin pecah berkeping-keping, dan tubuh Ayu jatuh pingsan ke lantai.
Laras mendekati putrinya dengan hati yang berdebar. Ayu membuka matanya perlahan, menatap ibunya dengan wajah polos. "Ibu? Apa yang terjadi?"
Kirana telah pergi, namun Laras tahu, bayangan gelap akan selalu menghantui mereka. Setiap kali bulan purnama tiba, Laras bisa merasakan hawa dingin yang familiar, seolah Kirana belum sepenuhnya menghilang. Bayangannya akan selalu mengintai, menunggu waktu untuk kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H