"Kamu telah membangunkan yang seharusnya tidur," kata Nyi Ranti tanpa basa-basi. "Kirana mungkin telah hilang secara fisik, tapi rohnya tetap terhubung dengan saudara kembarnya. Kekuatan mereka terikat. Setiap langkah Ayu adalah bayangan Kirana. Setiap tawa Ayu membawa kematian bagi yang lain."
Laras gemetar. "Apa yang bisa kami lakukan? Bagaimana kami bisa menghentikan ini?"
Nyi Ranti menggeleng. "Tidak ada yang bisa menghentikan kematian yang telah dipanggil. Ini adalah harga yang harus kalian bayar. Kirana akan selalu membalaskan dendamnya atas kehilangan nyawanya."
Malam itu, Laras pulang dengan hati yang dipenuhi ketakutan. Ia tahu bahwa kutukan itu tidak akan pernah pergi. Ayu mungkin hidup, tapi dia bukan satu-satunya anak yang ada di rumah itu.
Akhir yang Mencekam
Pada malam purnama berikutnya, teror akhirnya mencapai puncaknya. Suara tawa Ayu terdengar di seluruh desa, tapi kali ini lebih dalam, lebih menyeramkan. Ketika Laras dan Darma menemukan Ayu di kamar, mereka melihat bayangan yang tidak biasa di belakangnya---seorang anak lain, dengan mata merah yang berkilat di kegelapan.
"Kirana..." Laras berbisik ketakutan.
Bayangan itu tersenyum. "Aku datang untuk mengambil yang seharusnya menjadi milikku," suara itu keluar dari mulut Ayu, tapi jelas itu bukan suaranya.
Seketika, seluruh ruangan diliputi oleh hawa dingin yang menusuk tulang. Ayu, atau Kirana yang menguasai tubuhnya, mulai berjalan perlahan ke arah Laras dan Darma. Setiap langkahnya membuat lantai kayu di bawahnya berderit, dan dengan setiap detik yang berlalu, ruangan semakin gelap.
"Apa yang kau inginkan dariku?!" teriak Darma, suaranya pecah oleh ketakutan.
"Aku ingin apa yang kalian ambil dariku," bisik Kirana dari mulut Ayu.
Kirana membalas dendam karena ia merasa dikhianati dan direnggut hak hidupnya sejak lahir. Sebagai anak kembar yang lahir dari perjanjian gelap, Kirana dianggap sebagai "keturunan iblis" dan tidak diperbolehkan untuk hidup. Orang tuanya, Darma dan Laras, bersama Nyi Ranti, memutuskan untuk mengambil nyawanya begitu ia lahir. Kirana tidak pernah diberi kesempatan untuk merasakan kehidupan seperti saudara kembarnya, Ayu, yang diperbolehkan hidup meskipun berasal dari rahim yang sama.