Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Repihan Sajak

28 Juni 2024   01:42 Diperbarui: 28 Juni 2024   04:28 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senyap gelap lenyap merayap
Tertatih hati letih sedih merintih
Meratapi tepi sepi nurani.

Mengapa apa siapa dimana
Tentang rentang bentang bintang
gemintang
Berpijar berpendar memudar.

Sepi memagut memahat kuat
Di buritan menahan kesedihan
Ditimpa air mata bahtera lara
Menderah pedih lirih merepih.

Gundah gulana berkelana fana
Susuri hari lewati duri
Jiwa melayang kepayang bayang
Dalam kelam alam malam.

Awan berawan berkawanan
Kawan berlawanan pemahaman
Berdiri sendiri mencari materi
Miris teriris berbaris baris.

Mengapa kenapa bagaimana
Hidup redup terkatup meletup
Terbawa mimpi di tepi sepi
Tiada kata terbata eja
Mata melatah terantuk kantuk.

11/09/2021

======

Sengkuni tak sendiri

Subala mencintai Sudarma
Sebab itu lahirlah Sengkuni.
Sengkuni mencintai Arsi
Hadirlah Uluka.

Mengapa Sengkuni tinggal bersama sang bibi, tidak dengan Arsi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun