Banal dan Lancung sama-sama tersenyum sambil berjalan, meninggalkan gereja dan masjid yang letaknya saling berdampingan itu.Â
*****
Jakarta keras. Itu istilah untuk Jakarta, yang bagi mereka keras pula dalam mencari uang di ibukota.Â
Tapi Banal dan Lancung punya persepsi berbeda tentang Jakarta. Mereka sepakat Jakarta itu surga. Sebab apapun bisa mereka dapat, kendati cara mendapatkannya dilarang oleh agama.Â
Seperti setelah kejadian di masjid dan gereja beberapa waktu yang lalu. Banal dan Lancung sedang berada di dalam sebuah mall elit.Â
Mereka kini sudah memakai sepatu bagus. Banal memakai sepatu yang diambil dari masjid, sedang Lancung membeli sepatu baru setelah menjual handphone curiannya.Â
Karena sepatu mereka bagus, sekuriti mall tak curiga. Banal dan Lancung bebas jalan-jalan di mall itu. Namun kantong mereka kosong. Haus dan lapar mulai datang.Â
Banal dan Lancung berhenti di depan salah satu restoran cepat saji. Mereka mengatur strategi demi mendapatkan minuman segar dan beberapa potong ayam beserta nasi hangat.
Kebetulan pada saat bersamaan seorang wanita muda meletakan pesanan makanan dan minuman di meja dekat posisi Banal dan Lancung berdiri. Wanita muda itu tampak serius berbicara di handphonenya tanpa memperhatikan keberadaan Banal dan Lancung.Â
Naluri mengambil barang milik orang lain, serta merta saja muncul pada diri Banal dan Lancung. Dalam hitungan menit, pesanan wanita muda yang ada di atas meja itu sudah dalam tentengan Banal.Â
Setelah menjauh dari mall Banal dan Lancung menyantap makanan cepat saji milik si wanita muda tadi. Setelah kenyang, Banal dan Lancung kembali bingung karena tak punya rokok.Â