Kamar-kamar tidak ada lagi dilihat. Di dalam vila itu yang ada sekarang adalah sebuah makam besar yang ditutup dengan kain semacam kelambu putih dan ada kembang-kembang yang menebarkan bau menakutkan.
"Apa-apain ini! Kok jadi serem gini ya!" teriak Anto.
Kita akhirnya cuma bisa diam di mulut pintu sambil sekuat tenaga membaca ayat-ayat suci Al Qur'an.
"Pokoknya kita keluar dari sini kalau nggak kita akan senasib sama Ara dan Arda." ajak Toro.
"Ya udah lo buka jalan Ro!" gue bilang begitu sambil ngedorong badan Toro. Ray dan Anto ikut jalan membelakangi gue dan Toro.
"Kalian mau kemana? Dua teman kalian menunggu di atas."Â terdengar suara sangat pelan dan berat mencoba menghentikan langkah kita.
"Jangan ada yang nengok ke belakang. Jalan terus!" perintah Toro.
Toro membuka jalan menghiraukan suara gaib tadi dengan melompati satu per satu makam.
Gelapnya suasana membuat Anto yang paling belakang, tiba-tiba menghilang.
Namun dari tempat gue, Ray dan Toro berdiri masih bisa mendengar suara Anto meminta tolong.
Samar-samar kita melihat badan Anto seperti sedang ditarik oleh kekuatan besar ke dalam tanah.