Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Muhasabah Sebelum Bebas

19 Februari 2021   00:27 Diperbarui: 19 Februari 2021   00:39 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat itulah keimanan dan kesabaranku diuji.

"Jadi sebenarnya aku sudah tahu siapa kamu sebenarnya Ivon. Aku memang benar adalah orang yang disuruh oleh Sulastri untuk mendekati kamu."

"Jadi selama ini..."

"Ya, ini semua tidak pernah kamu duga kan. Sulastri begitu ingin membalas dendam atas kelakuan suaminya yang kamu bunuh itu, karena Dia mencintai ibumu."

Mataku langsung melotot ke arah Pras. Aku sangat marah dan ingin sekali menusukan pisau ke leher Pras.

Tapi itu tak bisa aku lakukan. Aku benar-benar sedang diuji.

"Astaghfirullah" aku membathin.

Aku tak meneruskan percakapan dan langsung kembali ke sel.

Tak terasa masa hukumanku berakhir. Aku kembali bebas setelah tiga kali mendekam di balik penjara.

Di trotoar depan lapas, aku kembali berdiri untuk pulang ke rumah. Angin menerbangkan debu dan dahan-dahan kering.

Ingatanku masih begitu lekat dengan Pras. Apakah aku harus seperti dulu lagi? Menemui Pras dan mengakhiri hidupnya?

Sayup terdengar kumandang Adzan Ashar, memanggilku untuk bersedekap.

Apa yang mesti kulakukan kepada Pras?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun