Saat itulah keimanan dan kesabaranku diuji.
"Jadi sebenarnya aku sudah tahu siapa kamu sebenarnya Ivon. Aku memang benar adalah orang yang disuruh oleh Sulastri untuk mendekati kamu."
"Jadi selama ini..."
"Ya, ini semua tidak pernah kamu duga kan. Sulastri begitu ingin membalas dendam atas kelakuan suaminya yang kamu bunuh itu, karena Dia mencintai ibumu."
Mataku langsung melotot ke arah Pras. Aku sangat marah dan ingin sekali menusukan pisau ke leher Pras.
Tapi itu tak bisa aku lakukan. Aku benar-benar sedang diuji.
"Astaghfirullah" aku membathin.
Aku tak meneruskan percakapan dan langsung kembali ke sel.
Tak terasa masa hukumanku berakhir. Aku kembali bebas setelah tiga kali mendekam di balik penjara.
Di trotoar depan lapas, aku kembali berdiri untuk pulang ke rumah. Angin menerbangkan debu dan dahan-dahan kering.
Ingatanku masih begitu lekat dengan Pras. Apakah aku harus seperti dulu lagi? Menemui Pras dan mengakhiri hidupnya?