Mohon tunggu...
Sandy Gunarso
Sandy Gunarso Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Komunikasi

Berhenti memuaskan orang karena kepuasan tiada batasnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Rahasia Cara Bernegosiasi Antara Orangtua dengan Anaknya

25 April 2022   23:03 Diperbarui: 26 April 2022   09:03 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi interaksi anak dan orangtua. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Setelah anak berhenti menangis, orangtua jangan lantas memberikan permintaan anak. Justru, orangtua harus mengajaknya pulang, lalu memberikan hukuman tegas agar anak menyadari bahwa menangis di depan umum adalah kesalahan berat karena mereka sudah mempermalukan orangtua di depan umum.

Hukuman tegas itu jangan berupa kekasaran fisik, seperti mengurung anak di kamar mandi atau memukulinya sampai babak belur. Orangtua cukup memberikan hukuman berupa tindakan kedisiplinan dengan penyitaan handphone atau melarang anak menonton Youtube, dan lain sebagainya.

2. Memberikan sesuatu pada anak karena sebab positif

Rahasia kedua bagi orangtua agar dapat menang saat bernegosiasi dengan anak yakni membiasakan anak mendapatkan hadiah karena sebab positif, misalkan orangtua memberi hadiah mainan mahal saat anak berprestasi juara kelas, atau berhasil menjalankan ibadah puasa selama 30 hari penuh.

Silakan saja anak meminta segala macam keinginannya kepada orangtua. Namun, permintaan-permintaan anak tidak selalu harus diwujudkan. Sekalipun orangtua mampu mewujudkannya, tetap saja orangtua harus sesekali menolaknya agar anak belajar hidup susah dan tahu diri. Orangtua yang selalu mewujudkan keinginan anak, maka sama artinya orangtua menganggap anak mereka sekedar hewan peliharaan bukan sebagai seorang manusia.

Seorang manusia harus berlatih hidup penuh kesusahan agar mental juara terbentuk. Manusia yang selalu hidup dalam kenyamanan akan kehilangan kekuatan untuk menghadapi kesulitan dalam hidup. Paling mudahnya, saat anak dimanjakan hidup dalam kenyamanan ruangan ber-AC, maka saat listrik padam, anak itu akan menangis, merengek, bahkan marah-marah menyalahkan orang lain di sekitarnya. 

Anak akan menjadi sumber dari semua tindakan menyebalkan bagi semua orang. Setahun, dua tahun, 10 tahun mereka melakukannya, maka di tahun ke-11, mereka akan menjadi anak paling arogan dan keras kepala. Bahkan sebagian dari mereka akan berani memukul orangtuanya karena tidak sanggup mewujudkan keinginannya.

Istilahnya, orangtua menuruti anak membelikan mereka mobil-mobilan, sudah remaja, mereka akan menuntut meminta mobil mahal. Sudah dewasa, tidak mampu beli barang, akhirnya berbuat kejahatan, seperti korupsi, menipu, atau merampok bank. Kehidupan seperti itu sungguh sangat menyedihkan dibandingkan sejak kecil, mereka dilatih orangtuanya untuk hidup hemat dan menjalani kehidupan apa adanya.

Ingatlah, sesuatu yang dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang lama akan dianggap sebagai kebenaran. Begitu pula dengan anak. Apa yang dilakukannya sedari kecil dan itu berulang seumur hidupnya, maka itulah karakter buruk sekalipun akan dianggapnya benar.

3. Tegur kesalahan anak di lokasi kejadian jangan terlalu lama

Pola pikir anak biasanya serba singkat. Mereka mudah melakukan sesuatu, mudah pula melupakannya. Saat mereka berbuat tidak sopan pada orang yang lebih tua, baik perkataan dan perbuatan, maka orangtua harus berani menegurnya di lokasi kejadian dengan menyebut nama sang anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun