Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Target Kemiskinan Ekstrem Turun 0%, Tugas Kita atau Pemerintah?

14 Desember 2023   03:33 Diperbarui: 15 Desember 2023   08:00 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemiskinan ekstrem turun 0 persen di Indonesia. Ilustrasi gambar: Dok. Pribadi.

Kemiskinan merupakan kondisi yang dialami oleh negara maju mau.pun negara berkembang. Perbedaannya, tingkat kemiskinan penduduk di negara berkembang lebih tinggi ketimbang di negara maju.

Untuk di Indonesia sendiri, Presiden Jokowi membuat target ambisius untuk menghapuskan kemiskinan ekstrem menjadi 0 persen saat masa tugasnya berakhir pada 2024.

Hal itu sejatinya telah diumumkan pertama kali pada 4 Maret 2020, yakni dua hari setelah kasus COVID-19 pertama diumumkan dan tepat sehari sebelum Indonesia mengeluarkan imbauan terkait COVID-19.

Ambisi Pak Jokowi tersebut merujuk pada tujuan pertama pembangunan berkelanjutan (SDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Agenda ini menargetkan, antara lain, "memberantas kemiskinan ekstrem bagi semua orang di mana pun, yang hidup dengan biaya kurang 1,25 dolar sehari," pada tahun 2030.

Lantas, apa sebenarnya arti dari kemiskinan ekstrem? Dan apa perbedaannya dengan kemiskinan biasa?

Bank Dunia mendefinisikan kemiskinan ekstrem sebagai persentase penduduk berpendapatan kurang dari USD1,90 pada Purchasing Power Parity (PPP). PPP ditentukan menggunakan "absolute poverty measure", dengan mengukur kebutuhan jumlah uang untuk membeli sekeranjang barang yang sama di setiap negara menggunakan dolar AS sebagai pembanding.

Di pihak lain, Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021 mendefinisikan kemiskinan ekstrem jika pengeluaran rumah tangga di bawah Rp10.739/orang/hari atau Rp322.170/orang/bulan.

Jadi, dikatakan miskin ekstrem seandainya dalam 1 keluarga terdiri dari 4 orang, hanya memiliki kemampuan untuk memenuhi pengeluarannya setara  Rp1.288.680.atau di bawahnya per keluarga per bulan.

Masih dari laporan BPS, sebanyak 212 kabupaten dan kota di Indonesia tergolong ke dalam kemiskinan ekstrem dan menjadi prioritas pemerintah pada 2022. Pada Maret 2021 sebelumnya, tingkat kemiskinan ekstrem tercatat sebesar 3,61 persen, lalu turun menjadi 2,76 persen pada Maret 2022.

Sementara itu, perbedaan antara kemiskinan ekstrem dan kemiskinan biasa terletak dari sisi pengeluaran.

Jika seseorang dikategorikan mengalami kemiskinan ekstrem dengan kebutuhan atau pengeluaran sehari-hari sebesar Rp10.739 per hari dan Rp322.170 per bulan, sedangkan miskin biasa pengeluarannya adalah Rp15.750 per hari dan Rp472.525 per bulan.

Adapun penentuan garis kemiskinan ekstrem disepakati oleh negara yang tergabung di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pengukurannya dilakukan oleh Bank Dunia. Sementara itu, di Indonesia garis kemiskinan ekstrem ditetapkan oleh BPS.

Munculnya Masalah Kemiskinan Ekstrem dari Perspektif Al-Qur'an

Keyakinan bahwa Al-Qur'an adalah kitab suci sekaligus pedoman hidup bagi umat Islam, tentunya Al-Qur'an juga menyimpan solusi dari segala permasalahan umat yang terjadi. Karena itulah penting untuk mengetahui petunjuk Al-Qur'an dalam memberikan solusi dari permasalahan kemiskinan.

Penegasan Al-Qur'an di dalam memaparkan latar belakang penyebab munculnya masalah kemiskinan jelas berbeda dengan penjelasan analisis para pakar sosial.

Apabila para pakar sosial membagi faktor penyebab dan bentuk-bentuk kemiskinan menjadi tiga; kemiskinan natural, kemiskinan kultural, dan kemiskinan struktural, lain halnya dengan yang dipaparkan Al-Qur'an.

Di dalam Al-Qur'an, Allah tidak pernah menjelaskan bahwa kemiskinan yang menimpa umat manusia diakibatkan tidak adanya sumber daya yang memadai (kemiskinan natural).

Mengenai SDA tersebut, Allah menjelaskan di dalam Al-Qur'an bahwa Dia telah memberikan segala fasilitas yang mencukupi untuk kebutuhan hidup manusia, serta menjadikan bumi ini mudah untuk dimanfaatkan oleh manusia (QS. Al-Mulk: 15).

Maka dari itu, jika dengan segala fasilitas dan sarana yang telah Allah berikan tersebut manusia masih saja terjerat oleh masalah kemiskinan, maka faktor penyebab utamanya tidak lain adalah dari manusia itu sendiri.

Di bawah ini merupakan isyarat Al-Qur'an yang membicarakan tentang faktor penyebab kemiskinan yang dialami umat manusia:

a). Malas dan tidak totalitas di dalam berusaha.

Beberapa ayat di dalam Al-Qur'an terdapat perintah Allah agar umat Islam bekerja dan berusaha, hingga mengeluarkan segenap potensi yang dimiliki dalam keadaan apa pun sehingga terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. 

Isyarat ini tampak jelas ketika Al-Qur'an mengkisahkan Maryam melahirkan Nabi Isa. Meski dalam keadaan lemah, Maryam diperintahkan untuk menggoyangkan pohon kurma agar buahnya yang ranum dapat berguguran. (QS. Maryam: 22-26).

Hikmah dari kisah di atas adalah bahwa kendati seseorang berada dalam keadaan lemah sekalipun, maka hendaklah ia tetap berusaha mengeluarkan potensi yang ada di dalam dirinya dan tidak berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah.

Di samping itu, banyak juga perintah di dalam Al-Qur'an yang mengajak umat Islam agar mau berkerja dan berusaha mencari rezeki yang tersebar di muka bumi (QS. At-Taubah: 105, QS. Al-Mulk: 15).

b). Boros dan berlebih-lebihan.

Sikap boros dan berlebih-lebihan berpotensi menjerumuskan pelakunya ke dalam masalah kemiskinan. Oleh sebab itu, di dalam Al-Qur'an Allah melarang umat-Nya untuk bersikap boros, menghambur-hamburkan harta, dan berlebih-lebihan sebagaimana firman-Nya dia dalam surat Al-Isra: 26-27, dan surah Al-'Araf: 31. 

Kemiskinan ekstrem turun 0 persen di Indonesia. Ilustrasi gambar: Dok. Pribadi.
Kemiskinan ekstrem turun 0 persen di Indonesia. Ilustrasi gambar: Dok. Pribadi.

c). Kikir dan enggan berbagi dengan sesama.

Al-Quran banyak memerintahkan umat Islam untuk berbagi dan bersedekah, serta larangan untuk bersikap kikir, sebagaimana yang tertuang di dalam Al-Qur'an surah Al-Isra ayat 29 dan surah An-Nahl ayat 27.

Namun, di dalam bersedekah, Al-Qur'an juga memberikan petunjuk supaya sedekah atau pemberian itu dilakukan secara wajar, tidak terlalu kikir dan tidak pula terlalu berlebihan (QS. Al-Furqan: 67). 

d). Keserakahan dalam mengejar harta sehingga menimbulkan kerusakan di daratan dan lautan. 

Al-Qur'an melarang tindakan eksploitasi besar-besaran terhadap alam sehingga menyebabkan keseimbangan alam terganggu, sehingga merugikan banyak orang yang bergantung kepada alam dan otomatis berdampak kepada berkurangnya penghasilan yang mereka peroleh.

Al-Qur'an dalam hal ini menjelaskan adanya kerusakan di daratan dan di lautan adalah kerena ulah tangan manusia (QS. Ar-Rum: 41). 

e). Sistem dan struktur yang dibangun pada suatu masyarakat jauh dari nilai-nilai keadilan dan penuh dengan diskriminasi dan eksploitasi.

Al-Qur'an menjelaskan bahwa salah satu penyebab munculnya masalah kemiskinan di tengah-tengah umat manusia diakibatkan adanya perlakuan dzalim dan ketidakadilan yang dilakukan oleh manusia terhadap manusia lainnya.

Dengan kata lain, munculnya kemiskinan disebabkan terjadinya sistem yang berlaku pada suatu masyarakat, sehingga menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tidak berdaya di dalam melepaskan diri dari belenggu kemiskinan.

Hal ini dapat dilihat pada beberapa ayat di dalam Al-Qur'an ketika menceritakan kisah-kisah umat terdahulu, khususnya perlawanan para Nabi terhadap penguasa yang dzalim pada masing-masing zaman.

Digambarkan di dalam Al-Qur'an para Nabi dan Rasul yang mayoritas berasal dari rakyat lemah, berjuang demi membebaskan diri dari cengkraman para penindas yang umumnya datang dari para penguasa.

Misalnya, Nabi Musa yang harus menghadapi raja Fir'aun untuk membebaskan bangsa Israel yang tertindas (QS Al-'Araf: 127), atau kisah Nabi Hud yang harus berhadapan dengan para pemuka kafir (QS. Al-'Araf: 66), dan masih banyak lagi yang lainnya.

Program pengentasan kemiskinan ekstrem 0 persen. Ilustrasi gambar: Dok. Pribadi.
Program pengentasan kemiskinan ekstrem 0 persen. Ilustrasi gambar: Dok. Pribadi.

Solusi Rabbani dalam Mengatasi Kemiskinan Ekstrem

Secara garis besar, masalah kemiskinan disebabkan oleh dua hal. Pertama, terkait dengan faktor individu yang terfokus pada permasalahan tingkah laku suatu individu. 

Kedua, adanya faktor struktur sosial yang tidak kondusif dalam memberikan kesempatan pada seseorang untuk melepaskan diri dari kemiskinan.(Antonio, 2008).

Faktor individu terdiri dari sikap dan perilaku terhadap diri sendiri dan sikap dan perilaku terhadap orang lain. Sementara itu, faktor struktural berkenaan dengan wewenang dan kekuasaan pemerintah / Negara.

A. Sikap dan Perilaku Terhadap Diri Sendiri

  • Bekerja.

Di dalam surat Al-Ra'd ayat 11, Allah menjelaskan bahwa perubahan adalah sesuatu yang harus diusahakan oleh manusia, bukan sesuatu yang hanya ditunggu tanpa berusaha melakukan usaha apa pun.

Begitu pun dalam hal kemiskinan, seseorang tidak akan dapat membebaskan diri dari belenggu kemiskinan tanpa adanya usaha tertentu. Salah satu bentuk usaha guna membebaskan diri dari masalah kemiskinan adalah dengan bekerja, rajin, dan tekun.

  • Hidup hemat dan sederhana.

Bila menilik ayat-ayat Al-Qur'an dan hadist Rasulullah, maka akan didapati bahwa Islam sangat membenci perilaku boros dan menghambur-hamburkan uang atau harta.

Bahkan, Al-Qur'an menyebut bahwa orang-orang yang boros sebagai kawannya syaitan (QS. Al-Isra: 26-27).

B. Sikap dan Perilaku Terhadap Orang Lain

  • Zakat

Zakat memiliki potensi yang sangat besar dalam upaya untuk mengentaskan kemiskinan di dalam perekonomian modern seperti saat ini. 

Dan, sebagian harta yang wajib dizakatkan pun beragam, antara lain mulai dari zakat profesi, zakat perusahaan, zakat surat-surat berharga seperti saham dan obligasi, zakat perdagangan, zakat hewan ternak yang diperdagangkan, zakat produk hewani, hingga zakat investasi properti. 

  • Infak dan Sedekah

Selain pemberian harta wajib yang dikeluarkan umat Islam berupa zakat yang mana undang-undang negara yang harus dijalankan, Islam juga berusaha membina pribadi-pribadi yang luhur, dermawan, dan murah hati melalui infak dan sedekah.

Karena biar bagaimana pun, manusia adalah makhluk sosial yang tidak mampu hidup sendiri tanpa adanya pertolongan orang lain. Karena itulah, beberapa ayat di dalam Al-Qur'an Allah SWT menganjurkan agar umat Islam mau menginfakkan dari sebagian hartanya di jalan Allah, demi kepentingan dan kemaslahatan umat. 

Infak dan sedekah, keduanya adalah pemberian yang ditujukan kepada orang lain yang memerlukan, hanya saja infak lebih kepada pemberian harta dan sesuatu yang sifatnya materi untuk kebajikan yang diperintahkan Allah.

Sementara itu, sedekah merupakan sesuatu yang diberikan kepada orang lain dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah meskipun tidak harus dengan harta. Terlebih, Allah juga memberikan garansi bahwa sedekah yang dikeluarkan seseorang akan dibalas hingga 700 kali lipat.

Firman-Nya, "Perumpamaan (sedekah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 261).

C. Peran Pemerintah / Negara

Menyangkut masalah kemiskinan ekstrem, salah satu faktor penyebab munculnya masalah kemiskinan adalah faktor struktural, yaitu kemiskinan yang diderita oleh segolongan masyarakat.

Lantaran masalah tersebut, masyarakat tidak dapat turut serta dalam menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. 

Hal ini tampak dari beberapa kondisi seperti, distribusi penguasaan sumber daya yang timpang, kegagalan dalam mewujudkan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, adanya institusi sosial yang melahirkan berbagai bentuk diskriminasi, serta perkembangan industri dan teknologi yang kurang membuka kesempatan kerja bagi masyarakat. 

Faktor struktural inilah yang hanya dapat diselesaikan oleh pemerintah / Negara yang memiliki wewenang dan kekuasaan, untuk mengontrol dan memberikan intervensi kepada siapa saja yang dipandang mendatangkan kerugian terhadap masyarakat luas, termasuk membuat kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan bersama.

Demikianlah, tentunya kita berharap agar Pak Presiden berhasil mewujudkan program pengentasan kemiskinan ekstrem di sisa-sisa waktu terakhir masa pengabdiannya sebagai pemimpin negeri ini. Indonesia maju!

Referensi:

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam "Al-Qur'an dan Pengentasan Kemiskinan."

Tirto.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun