Kalau begitu, bagaimana bisa kita mengetahui hakikat-Nya? Karena kita percaya.
Lantas, mengapa kita harus percaya?
Kata seorang ulama lagi, "Anda tidak perlu melihat singa jika Anda sudah mendengar suaranya. Begitu juga, Anda tidak perlu melihat sesuatu jika sudah terdapat tanda-tandanya perwujudannya."
Mempercayai bahwa Dia wujud karena alam semesta raya ini ada. Dan, apa yang kita ketahui tentang alam raya sejatinya masih sedikit sekali.
Terlebih, bumi yang kita tinggali saat ini (hanyalah) ibarat sebiji kacang di lapangan bola.
Meski begitu, kita bisa melihat bahwa alam semesta ini sangat teratur.
Kata para ilmuwan, "Alam semesta raya ini sebelumnya merupakan satu gumpalan, lalu terjadi lah ledakan yang dinamakan Big Bang."
Rupanya, pertanyaan itu dibenarkan oleh Al-Qur'an dalam firman-Nya, "Dan, apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi dulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya." (Q.S. Al-Anbiya': 30).
Maha Suci Allah.
Sebagai penutup, coba Anda bayangkan seandainya bohlam di rumah Anda, di kantor, di ruang-ruang publik, atau di mana pun yang saat ini Anda jumpai dan lihat tiba-tiba pecah, apakah pecahan-pecahannya itu bisa Anda atur dan kelompokan lagi menurut ukuran-ukurannya? Saya harap Anda tidak pernah bisa melakukannya.
Apakah Anda bisa menggerakkan mereka agar bisa menyusun dirinya sendiri?