Untuk menjawab keraguan mereka, maka diturunkanlah ayat pada pembukaan Surah Al-Ikhlas di atas, "Qul Huwaa Allahu Ahad."
Nah, maka dari itu, percaya kepada Allah itu adalah mempercayai Allah yang ahad (Esa).
Allah yang kita percayai ini, kita kagumi ciptaan-Nya, juga kita patuhi, tetapi tidak bisa kita ketahui hakikat dari dzat-Nya (tidak bisa dilihat).
Sesuatu tidak bisa dilihat karena bisa jadi dia diliputi oleh kegelapan. Layaknya kondisi lampu atau cahaya yang mati sehingga kita tidak bisa melihat apa pun yang ada di sekitarnya.
Atau, bisa jadi juga karena terlalu terang.
Kelelawar tidak bisa melihat di siang hari karena matanya tidak mampu untuk melihat sesuatu yang terlalu terang.
Kita pasti pernah menatap matahari kemudian setelahnya mata kita jadi berkunang karena dia terlalu terang.
Ada ulama yang berkata bahwa sesuatu yang wujud, meskipun dia terang, baru Anda bisa melihatnya dengan benar jika ada cahaya yang lebih terang darinya.
Misalnya, jika saya berada di suatu ruangan yang remang-remang (minim pencahayaan), saya tetap tidak bisa melihat dengan jelas, padahal dia terang.
Saya baru akan mengetahui dengan lebih jelas terhadap apa saja yang ada di hadapan saya (di dalam ruangan itu) bila terdapat cahaya yang lebih terang dari itu.
Tuhan adalah puncak cahaya.