Pada kalimat, "Qul Huwa Allahu Ahad," Tahukah kita siapa itu kata "Huwa/Dia?" Jawabannya, tidak disebut sebelumnya.
Namun, jika saya berkata si A datang, dia naik mobil, berarti "dia" menunjuk kepada si A yang datang.
Sementara itu, dari segi bahasa, kata "Huwa/Dia" pada pembukaan ayat pertama Surah Al-Ikhlas di atas tidak jelas menunjuk kepada siapa.
Akan tetapi, karena "Huwa/Dia" jelas ada di dalam jiwa Anda, maka dengan berkata "Huwa/Dia" itu terus menuju kepada-Nya (Allah).
Allah ada di dalam diri kita.
Kalau Anda bertanya kepada orang Kristen, mereka juga berkata "Allah." Kalau kita tanyakan juga kepada orang musyrik di zaman Nabi, siapa yang menciptakan alam raya ini? Mereka juga akan menjawab "Allah".
Dan, ketika kita berkata bahwa rukun Iman itu percaya kepada Allah, lalu kita berpikir apakah Allah-nya orang musyrik, apakah Allah-nya orang Kristen, apakah Allah-nya Muhammad berbeda?
Belakangan ini, banyak orang yang mengatakan bahwa semua agama itu sama.
Sesungguhnya bagi orang-orang yang mempercayai (adanya) Allah, baik itu Nasrani, Yahudi, ataupun penyembah bintang, maka mereka itu tidak akan mendapatkan kesedihan, tidak juga merasa takut.
Namun, apakah ini yang dimaksud dengan Allah itu?
Begini, jika saya mengundang Pak Ali untuk makan siang pada hari Minggu, apakah semua orang yang bernama Ali saya undang? Tentu tidak.