Mohon tunggu...
Sandra Buana Sari
Sandra Buana Sari Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa Pascasarjana MIK

Mahasiswa Pascasarjana MIK yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sosiologi Agama: Peran Harmoni dan Makna Hidup di Tengah Ketidakpastian Ekonomi dan Sosial

9 Desember 2024   13:53 Diperbarui: 9 Desember 2024   14:04 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Marx menyebut agama sebagai "candu masyarakat," menggambarkan bagaimana agama menjadi pelipur lara bagi mereka yang menghadapi penderitaan, tetapi juga dapat mengalihkan perhatian dari upaya memperbaiki kondisi sosial (Marx, 1844). Contohnya seorang petani miskin yang tetap bekerja keras setiap hari, percaya bahwa ada kehidupan yang lebih baik menanti setelah kematian. Bagi Marx, kepercayaan ini mungkin membuat sang petani bertahan, tetapi juga mengalihkan perhatian dari upaya memperbaiki keadaan di dunia nyata.

2. Emile Durkheim: Agama sebagai Perekat Sosial

Durkheim melihat agama dari sisi lain. Ia percaya bahwa ritual keagamaan seperti upacara adat atau perayaan besar bukan hanya soal kepercayaan, tetapi juga momen yang mempererat hubungan sosial. Ketika masyarakat berkumpul untuk berdoa bersama, misalnya, ada rasa kebersamaan yang membuat semua orang merasa lebih kuat menghadapi tantangan. Dalam arti ini, agama menjadi alat yang sangat efektif untuk menciptakan harmoni di tengah keberagaman.

3. Max Weber: Agama sebagai Motor Perubahan Sosial

Berbeda dengan Marx dan Durkheim, Weber menunjukkan bahwa nilai-nilai agama dapat mendorong perubahan sosial, seperti etika kerja Protestan yang berkontribusi pada lahirnya kapitalisme (Weber, 1905). Ia mencontohkan etika kerja Protestan yang mendorong lahirnya kapitalisme di Eropa. Di Indonesia, kita bisa melihat semangat serupa dalam nilai gotong royong yang sering dihidupkan oleh ajaran agama. Misalnya, ketika sebuah masjid mengadakan penggalangan dana untuk korban bencana, itu menunjukkan bagaimana agama mampu mendorong aksi nyata yang membawa perubahan positif.

TANTANGAN DAN PELUANG AGAMA DI ERA MODERN 

Di era modern, agama menghadapi tantangan seperti sekularisasi, teknologi, dan keberagaman budaya (Giddens, 2006). Media sosial menjadi alat komunikasi yang memungkinkan isu-isu sosial menjadi sorotan, seperti kasus pedagang es teh di Magelang, yang menunjukkan bagaimana agama dan tokoh agama diuji di ruang publik (Morissan, 2023).

1. Tantangan Modernitas

Dalam kehidupan modern, agama sering kali dihadapkan pada tantangan baru, seperti sekularisasi, teknologi, dan keberagaman budaya. Misalnya, dengan munculnya media sosial, isu kecil seperti olok-olok terhadap pedagang es teh di Magelang bisa dengan cepat menjadi viral. Situasi seperti ini menunjukkan bahwa meski teknologi menghubungkan banyak orang, dampaknya bisa memicu konflik sosial yang sulit dikendalikan.

Namun, agama masih memiliki peran besar dalam membantu manusia menavigasi dunia modern. Banyak komunitas agama yang mulai menggunakan teknologi untuk menjangkau lebih banyak orang, seperti melalui ceramah daring atau kampanye sosial berbasis nilai keagamaan. Dengan cara ini, agama tetap relevan di tengah perkembangan zaman.

2. Agama sebagai Sumber Harmoni Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun