Mohon tunggu...
Sandra Aulia Putri
Sandra Aulia Putri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 4

whatever you decide, just make sure that it makes you feel good about who you are.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kepada yang Terkasih

25 Februari 2022   14:46 Diperbarui: 26 Februari 2022   10:24 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Mama, terasakah oleh mama bahwa kami bangga dengan semua yang telah mama lakukan untuk kami? Mama itu bukan batu karang yang suatu saat akan hancur karena seringnya di hantam ombak, mama itu seperti bola bekel untuk kami, anak anak mama. Bola bekel yang selalu siap memantul lagi ke atas sekalipun di jatuhkan oleh banyak hal. Mama selalu berhasil kembali, bangkit dan tegak sekalipun tantangan, cobaan dan gangguan menimpa mama.

-

Rasanya lucu sebenarnya kalau aku harus menuliskan semua perasaan untuk menggambarkan ini semua kepada mereka berdua. Aku tak pernah bisa berhasil mengungkapkan bagaimana sayangnya dan bangganya aku terhadap mama dan papa, juga betapa khawatirnya jika melihat mereka berdua dengan kondisi yang kurang sehat. Walau begitu besarnya keinginan ku untuk meneriakkan itu semua  dengan penuh kebanggaan, tetapi rikuh dan malu yang datang tidak jelas dari mana menghalangi ku untuk melakukannya. Kadang aku menyesalinya dan aku rasa kerikuhan ku setiap ingin mengungkapkan perasaan datang dari didikan mama dan papa juga. Mereka berdua tidak pernah mengatakan secara langsung padaku atau adik ku kalau mereka berdua menyayangi kami. Dan layaknya ikatan batin yang terjadi di antara  kita, kita masing-masing selalu yakin kalau ya, kita saling menyayangi  kok, tanpa perlu ramai ramai banyak orang tahu, "aku sayang mama dan papa!" Ya kan?. 

Suatu hari di pertengahan bulan september 2021 tahun lalu, ada satu kejadian lagi yang membuatku sedih. Saat itu hari sabtu, kebetulan  jam siang itu adalah bagian waktu papa pergi bekerja. Papa tampak sehat awalnya, tidak terjadi apa-apa hingga tiba ketika papa baru sampai di tempat kerja, aku mendapatkan kabar dari mama kalau papa tiba tiba jatuh sakit dan mengeluarkan banyak darah dari hidung juga mulutnya. Saat itu papa langsung di larikan oleh para rekan kerjanya ke rumah sakit.

Papa mungkin adalah salah satu orang yang cukup keras kepala, padahal saat itu dokter telah menyuruh papa untuk melakukan rawat inap tapi beliau tetap saja bersikeras untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, wajahnya tampak pucat dan di temukan beberapa bekas noda darah di bajunya.

"Apa sebenarnya penyebab dari ini semua?" ucap ku dengan nada panik.

"Darahnya tinggi" .

"Kenapa harus pulang? Tidak di rawat dulu? Supaya dokter bisa memastikan kalo tidak akan terjadi apa-apa lagi?".

"Sudah tidak apa-apa darahnya sudah berhenti keluar kok".

Selepas adzan ashar berkumandang, papa melaksanakan sholat seperti biasa. Tapi lagi dan lagi kita kembali tersentak mendengar suara panggilan dari papa dan ternyata benar darah kembali keluar dari hidungnya, bukan mimisan seperti  biasanya, darah itu cepat sekali mengalirnya. Pertama kali melihat kejadian itu membuatku langsung menangis, karena melihat darahnya berceceran hingga ke lantai. Untung saja papa  masih kuat berjalan, walaupun terlihat lemas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun