Ibu dari bayi Anisa, bayi perempuan cantik dan menggemaskan berusia 2 bulan itu membuat kawatir ketika  napas berbunyi selalu berbunyi grok-grok, kadang disertai batuk sesekali terutama malam dan pagi hari siang hari berkurang.Â
Sudah dilakukan konsultasi dengan beberapa dokter ahli anak. Sebagian dokter mengatakan normal, dokter lain mengatakan penyebabnya karena alergi debu dan dingin. Saat berkonsultasi ke dokter lain dikatakan si bayi mengalami hipersensitifitas saluran napas harus segera dicermati penyebabnya terutama alergi makanan. Apakah penyebab hiperensitifitas saluran napas itu ? Berbahayakah, apakah dampaknya di masa depan?
Napas berbunyi grok-grok, sering diistilah sebagai "Noisy Breathing" atau Pernapasan berisik atau hipersekresi bronkus pada bayi dan lebih jarang pada anak balita merupakan tanda klinis yang umum terjadi. Orang tua sering kali datang ke petugas kesehatan dengan kekhawatiran mengenai pola dan sifat pernapasan bayi mereka. Tetapi uniknya sebagian klinisi menganggap normal dan tidak memerlukan pencegahan dan tindakan khusus.Â
Namun Sebagian dokter lainnya menganggap hal ini bukan normal tetapi tidak berbahaya. Â Namun jangan diremehkan karena bila tidak dikendalikan dalam usia tertentu terutama di bawah usia 5 tahun beresiko sering sakit batuk, bila batuk lama dan keras dan kelompok tertentu beresiko sesak atau asma pada anak dengan Riwayat orangtua asma. Bayi dengan keluhan napas berbunyi grok-grok sering terjadi pada bayi dengan riwayat alergi.
Di antara penyakit tidak menular, prevalensi penyakit alergi telah meningkat secara signifikan di milenium baru. Meningkatnya penyakit alergi terkait dengan perubahan lingkungan pada bayi. Banyak faktor yang terkait dengan gaya hidup telah dikaitkan dengan perkembangan penyakit alergi.Â
Alergi makanan telah meningkat secara signifikan karena alasan yang masih belum diketahui. Data yang mengkhawatirkan dari berbagai laporan menunjukkan peningkatan alergi makanan pada bayi dan anak-anak.Â
Hal ini menyoroti perlunya mengidentifikasi penyebab fenomena ini dan mengidentifikasi strategi pencegahan yang tepat. Penelitian kedokteran dan pengetahuan Kesehatan berkembang sangat pesat, namun permasalahan dasar alergi dalam menentukan penyebab dan pencegahan masih tidak menjadi perhatian utama. Sehingga masih sulit untuk menerjemahkan pengetahuan ini ke dalam strategi pencegahan dan penanganan yang efektif. Masyarakat bahkan Sebagian klinisi masih skeptis terhadap hasil yang dicapai sejauh ini.
Karakteristik temuan akan tergantung pada tingkat saluran napas yang terkena dampak. Penyebab paling umum "Noisy Breathing" pada bayi adalah peningkatan cairan lendir dan infamasi di saluran napas khususnya hidung dan saluran napas bronkus.Â
Bila suara lebih berat dan berlangsung lebih dari 3 bulan, penyebab gangguan organ seperti laringomalasia meski kasus jarang perlu dipertimbangkan. Bila curiga laringomalacia, mungkin diperlukan visualisasi jalan napas dengan bronkoskopi yang merupakan prosedur standar emas untuk mengidentifikasi penyebab patologi apa pun.
Tanda bahayanya meliputi gangguan pernapasan yang parah, stridor berulang pada bulan-bulan awal, kesulitan makan dan/atau kegagalan penambahan berat badan pada neonatus dan bayi. Anak yang lebih besar dapat mengalami batuk basah atau mengi yang kronis. Pada kelompok usia ini, uji coba pengobatan dan dokumentasi respons yang cermat dapat membantu dalam memperjelas diagnosis.
Pada kasus hipersensitifitas saluran napas ini, biasanya pada perkembangannya beresiko terjadi infeksi saluran napas yang lebih tidak ringan dan lebih sering dibandingan anak lainnya. Pada kasus tertentu dengan Riwayat otangtua asma, bayi mengalami TRDN (Transient Tachipneu Of The Neborn) atau sesak saat baru lahir berisiko mengalami asma dan rhinitis di kemudian hari.Â
Sesak segera setelah lahir hingga saat usia 3 hari, biasanya akan membaik paling lama 7-10 hari. Keluhan ini sering dianggap infeksi paru atau terminum air ketuban. Gangguan ii pada foto rontgen tanpak disertai kelenjar thimus membesar. Bila sesak berat kadang sulit dibedakan dengan paru-paru tidak mengembang (Like RDS).Â
Bayi usia cukup bulan (9 bulan) secara teori tidak mungkin terjadi paru2 yang belum mengembang. Paru tidak mengembang hanya terjadi pada bayi usia kehamilan < 35 minggu) Bayi seperti ini menurut penelitian beresiko asma (sering batuk/bila batuk sering dahak berlebihan )sebelum usia prasekolah.
Alergi makanan dianggap sebagai pendahulu asma dalam konteks atopic march, namun hubungan antara fenotip alergi makanan bayi dan fungsi paru-paru serta asma pada masa kanak-kanak. Beberapa klinisi mencermati hubungan antara sensitisasi makanan dan alergi makanan yang dikonfirmasi dengan tantangan (Oral Food Challenge) pada masa bayi, serta alergi makanan yang persisten dan teratasi hingga usia 6 tahun, dan risiko defisit fungsi paru-paru dan asma pada usia 6 tahun.
Kenali Gejala Alergi Pada Bayi dan Dampak Yang Menyertai
Sebagian besar bayi dengan alergi selalu diserai gangguan hipersensitifitas saluran cerna baik ringan atau lebih. Beberapa tanda dan gejala hipersensitif saluran cerna pada bayi diantaranya adalah Gastrooesepageal Refluks (GER) , Sering MUNTAH/gumoh, kembung,"cegukan", sering hiccup atau cegukan, buang angin keras dan sering, sering rewel gelisah atau kolik menagis berkepanjangan dan menangis keras melengkin lebih dari 15 menit.Â
Biasanya terjadi karena perutnya tidak nyaman atau sakit. Keluhan ini timbul terutama mulai sore hari hingga malam hari dan puncaknya saat dini hari atau saat subuh. Nyeri perut atau malam gelisah ini biasanya akan berkurang setelah usia 3 bulan. Beberapa bayi mengalami BAB lebih 3 kali perhari, feses cair, terdapat seperti biji cabe, sering berak sedikit sedikit tapi sering. BAB tidak tiap hari, Feses warna hijau,hitam dan berbau, disertai ngeden.Â
Saat BAB sering "ngeden atau tampak sering muleta dengan menggerakkan tangan ke atas. Bila bayi sering ngeden yang kuat, biasanya disertai Hernia Umbilikalis (pusar), Scrotalis, inguinalis atau hidrokel. Pada usia setelah 3-6 bulan tampak bayi mengalami air liur berlebihan. Produksi air liur meningkat, sehingga sering "ngeces ("drooling" atau sialore) biasanya disertai bayi sering menjulurkan lidah keluar atau menyembur-nyemburkan ludah dari mulut
Pada bayi dengan hipersensitifitas saluran cerna tampak beberapa tanda di sekitar mulut. Tampak lidah sering timbul putih kadang sulit dibedakan dengan jamur (candidiasis) atau memang kadang juga disertai infeksi jamur. Lidah atau mulut sering timbul putih, bibir kering dan kadang kehitaman sebagian. Bibir tampak kering atau kadang pada beberapa bayi bibir bagian tengah berwarna lebih gelap atau biru.
Gejala lain yang sering menyertai adalah Hipersensifitas Kulit pada bayi. Timbul bercak kasar atau bintik kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok, badan tangan dan kaki serta kerak di daerah rambut. Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Mata, telinga dan daerah sekitar rambut sering gatal, disertai pembesaran kelenjar di kepala belakang. Kotoran telinga berlebihan kadang keluar cairan telinga sedikit dan sedikit berbau.
Penderita alergi pada bayi sering disertai hidung yang juga sensitif. Bayi sering bersin, pilek, kotoran hidung banyak, kepala sering miring ke salah satu sisi (sehingga beresiko kepala "peyang") karena hidung buntu, atau minum dominan hanya satu sisi bagian payudara. Karena hidung buntu dan bernapas dengan mulut waktu minum ASI sering tersedak
Bayi dengan riwayat alergi sering mengalami sensitif pada mata seperti muncul Neonatal Ophtalmika atau obstruksi duktus lakrimalis . Keluhan yang terjadi adalah mata sering berair atau sering timbul kotoran mata (belekan) salah satu sisi atau kedua sisi. Dalam keadaan ini tetes mata atau antibiotika tetes mata tidak banyak berpengaruh karena memang bukan karena infeksi.
Saluran kencing kadang menimbulkan gejala tertentu yang tidak berbahaya. Kencing warna merah atau oranye (orange) denagna sedikit bentukan kristal yang menempel di papok atau diapers . Hal ini sering dianggap inmfeksi saluran kencing, saat diperiksa urine seringkali normal bukan disebabkan karena darah.
Beberapa bayi mengalami gangguan Hormonal berupa keputihan/keluar darah dari vagina, timbul jerawat warna putih. timbul bintil merah bernanah, pembesaran payudara, rambut rontok, timbul banyak bintil kemerahan dengan cairan putih (eritema toksikum) atau papula warna putih
Biasanya disertai keluhan saat melakukan aktifitas laktasi atau menyusui ASI. Â Tampak bayi minum berlebihan, berat berlebihan karena bayi sering menangis dianggap haus. Haus palsu adalah tampilan bayi sering menangis, mulutnya sering seperti mau ngempeng atau mencari puting tampak sucking refleks berlebihan dirangsang pipinya sedikit sudah seperti mencari puting. Hal itu belum tentu karena haus atau bukan karena ASI kurang.Â
Pada bayi alergi yang sering rewel seringkali saluran cernanya sedikit sakit sehingga bila ada perasaan tidak nyaman bayi akan sering seperti ngempeng atau minta digendong. Sering menggigit puting sehingga luka. Minum ASI sering tersedak, karena hidung buntu dan napas dengan mulut.Â
Minum ASI lebih sebentar pada satu sisi,`karena satu sisi hidung buntu, jangka panjang bisa berakibat payudara besar sebelah. Berat Badan Berlebihan atau kurang. Karena minum yang berlebihan atau sering minta minum berakibat berat badan lebih dan kegemukan (umur <1tahun). Sebaliknya terjadi berat badan turun setelah usia 4-6 bulan, karena makan dan minum berkurang
Pada usia setelah 4-6 bulan bayi dengan gangguan fungsi saluran cerna sering mengalami kesulitan makan dan berat badan sulit naik terutama setelah usia 4- 6 bulan. Hal ini terjadi karena pada saat usia tersebut mulai diberi makanan tambahan baru. Bila terdapat makan yang tidak cocok terjadi reaksi simpang makanan mengakibatkan sensitif saluran cerna. Bila hal ini terjadi maka gangguan sulit makan dan berat badan tidak naik mulait terjadi
mudah terkena infeksi batuk, pilek, berulang dan berkepanjangan . Dalam keadaan seperti ini sebaiknya tidak perlu terburu-buru minum antibiotika karena penyebab paling sering adalah infeksi virus yang akan sembuh sendiri dalam 5 hari. Karena sering sakit berakibat Otitis media atau keluar cairan dari telinga
Bayi dengan hipersensitifitas saluran napas disertai dengan sensitif saluran cerna setelah usia 4-6 bulan  sering mengalami sulit makan, gangguan kenaikkan berat badan dan mudah sakit. Beberapa manifestasi tersebut sering mirip gejala penyakit TB (bahasa awam flrks) seheingga mengalami overdiagnosis dan overtreatment TB. Minum obat jangka panjang TB padahal tidak menderita penyakit tersebut. Hal ini sering terjadi karena gejala TB mirip berbagai penyakit lainnya
Hipersensitifitas Sistem Persarafan
Bayi dengan Riwayat alergi seringkali mengalami rangsangan atau hipersentifitas system susunan saraf. Gejala ringan dan tidak berbahaya ini seringkali menimbulkan gejala minimal gangguan fungsinal persarafan ringan. Biasanya bayi tampak mudah kaget bila ada suara yang mengganggu.Â
Gerakan tangan, kaki dan bibir sering gemetar, kaki sering dijulurkan lurus dan kaku. Breath Holding spell : bila menangis napas berhenti beberapa detik kadang disertai sikter bibir biru dan tangan kaku. Sebagian kecil anak mengalami mata juling (strabismus). Kasus jarang bayi ata anak mengalami kejang tanpa demam tidak disertai ganggguan EEG (EEG normal)
Sebagian besar tampak gerakan motorik bayi yang berlebihan dengan banyak bergerak. Usia < 1 bulan sudah bisa miring atau membalikkan badan. Usia < 6 bulan: mata/kepala bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak berlebihan, bayi tidak bisa diselimuti ("dibedong").Â
Kepala sering digerakkan secara kaku ke belakang, sehingga posisi badan bayi "mlengkung" ke luar. Bila digendomg tidak senang dalam posisi tidur, tetapi lebih suka posisi berdiri.Usia > 6 bulan bila digendong sering minta turun atau sering bergerak/sering menggerakkan kepala dan badan atas ke belakang, memukul dan membentur benturkan kepala. Kadang timbul kepala sering bergoyang atau mengeleng-gelengkan kepala. Sering kebentur kepala atau jatuh dari tempat tidur.
Sebagian besar bayi mengalamu gangguan tidur seperti tampak gelisah,bolak-balik ujung ke ujung; bila tidur posisi "nungging" atau tengkurap; berbicara, tertawa, berteriak dalam tidur; sulit tidur atau mata sering terbuka pada malam hari tetapi siang hari tidur terus; usia lebih 9 bulan malam sering terbangun atau tba-tiba duduk dan tidur lagi. Gangguan itu seka=lama ini dianggap karena haus atau minta minum susu.
Gejala agresifitas menigkat ringan, dengan penampakan bayi pada usia lebih 6 bulan sering memukul muka atau menarik rambut orang yang menggendong. Sering menarik puting susu ibu dengan gusi atau gigi, menggigit, menjilat tangan atau punggung orang yang menggendong.Â
Sering menggigit puting susu ibu bagi bayi yang minum ASI, Setelah usia 4 bulan sering secara berlebihan memasukkan sesuatu ke mulut. Tampak anak sering memasukkan ke dua tangan atau kaki ke dalam mulut. Tampak gampang seperti gemes atau menggeram. Emosi sedikit meningkat tampak bayi sering menangis, berteriak dan bila minta minum susu sering terburu-buru tidak sabaran. Sering berteriak dibandingkan mengiceh terutama saat usia 6 bulan
Gangguan konsentrasi tampak sejak awal dengan tampilan bayi cepat bosan terhadap sesuatu aktifitas bermain, memainkan mainan, bila diberi cerita bergambar sering tidak bisa lama memperhatikan. Bila minum susu sering terhenti dan teralih perhatiannya dengan sesuatu yang menarik tetapi hanya sebentar
Beberapa bayi mengalami gangguan ringan motorik kasar dengan pola perkembangan bolak balik, duduk, berdiri dan berjalan sedikit mundur tidak sesuai usia. Pada gangguan ringan keterlambatan motorik biasanya bolak balik pada usia lebih 5 bulan, usia 6 -- 8 bulan tidak duduk dan merangkak, setelah usia 8 bulan langsung berdiri dan berjalan.
Penderita hipersensitifitas atau alergi saluran cerna pada bayi seringkali disertai gangguan oral motor. Â Gangguan oral otor sering berkaitan dengan gangguan mengunyah menelan. Gangguan makan makanan padat, biasanya bayi pilih-pilih makanan hanya bisa makanan cair dan menolak makanan yang berserat.Â
Pada usia di atas 9 bulan yang seharusnya dicoba makanan tanpa disaring tidak bisa harus di blender terus sampai usia di atas 2 tahun. Sebagian kecil bayi kelompok harus diwaspadai gangguan kemampuan bicara atau ngoceh-ngoceh hilang dari yang sebelumnya bisa. Bila tidak ada gangguan kontak mata, gangguan pendengaran, dan gangguan intelektual biasanya usia lebih 2 tahun membaik. Â Sebagian bayi mengalami impulsif ringan banyak tersenyum dan tertawa berlebihan seperti anak besar, lebih dominan berteriak daripada mengoceh.
Penyebab dan Pemicu
Hipersensitif saluran napas biasa terjadi karena secara genetik atau bakat alamiah. Biasanya faktor keturunan sangat berperanan. Faktor fenotipe atau kesamaan wajah misalnya orangtua, anak atau saudara yang mempunyai wajah sama biasanya akan mengalami gangguan hipersensitif saluran napas yang sama.
Gangguan alergi atau hipersensitif saluran napas sering terjadi pada penderita alergi makanan, atau hipersensitif makanan. Gangguan hipersensitif saluran cerna tersebut akan hilang timbul sering disebabkan karena pengaruh beberapa makanan yang menggganggu atau reaksi simpang makanan.Â
Alergi makanan harus dicurigai sebagai penyebab gangguan manifestasi alergi selama ini bila terdapat gangguan saluran cerna. Tetapi sayangnya gangguan alermi makanan yang umumnya menganggu saluran cerna tersebut sangat ringan dan dianggap biasa sehingga lepas dari pengamatan penderita ataupun bahkan seorang dokter ahli.Â
Bila hal ini terjadi maka sering kali terjadi kesalahan dalam mengidentifikasi penyebab alergi. Sehingga sering overdiagnosis, bahwa penyebab alergi adalah debu dan udara dingin, padahal alergi makanan sangat mungkin berperan penting.
Selama ini setiap gangguan hipersensitivitas atau saluran napas dianggap sebagai alergi susu sapi, alergi debu atau alergi dingin. Padahal gangguan hipersekresi bronkus sering dipicu infeksi virus seperti flu atau common cold ringan sehingga memperberat gangguan yang sudah ada sebelumnya.Â
Gejala infeksi virus kadang ringan pada bayi ditandai badan hangat (bukan demam), bila diraba dahi atau dahi lebih hangat dibandingkan telapak tangan atau sebaliknya. Gejala common cold ringan pada bayi seringkali "ingus" tidak keluar tapi hanya disertai bersin dan batuk sekali sekali seperti pura pura atau tersedak. Gangguan ini sering dianggap sebagai alergi dingin, alergi debu atau alergi cuaca. Memang pada penderita alergi sering mengalami alergi debu tetapi gangguan ini seringkali bukan debu sebagai penyebab. atau pemicunya.
Penanganan
Pada gangguan ini tidak memerlukan obat dan tindakan khusus. Seandainya gangguan menganggu bisa saja dokter memberi obat simtomatik atau mengurangi gejala. Bila pemicunya infeksi virus flu atau common cold akan membaik sendiri setelah 3-5 hari.Â
Namun saat membaik sebentar akan muncul lagi gejala saat tertular flu lagi. Hal ini tidak bisa dihindari karena sekitar bayi khususnya orangtua atau pengasuh sering mengalami flu yang tidak disadari dengan gejala badan pegal, badan lelah, sakit kepala, sakit tenggrok dan gejala lainnya.Â
Bila gangguan grok-grok disertai hipersensititas saluran cerna alergi makanan dapat dicurigai sebagai penyebab. Maka orangtua bisa melakukan Oral Food Challenge atau melakukan eliminasi provokasi makanan. Tindakan ini harus direkomendasikan atau dilakukan atas bimbingan dokter yang sudah berpengalaman di bidangnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H