Semua kami mengumandangkan jerit satire yang sama:
      Bilakah matahari itu bangkit giat dari pembaringan kemalasannya,
      Menjajaki lagi langit keadilan yang menanti penuh cemas?
      Maukah Engkau menyapubereskan segala kotoran, sampah, dan tahi
      Yang melekat mutlak pada wajah kami yang terbenam panasnya pasir nista
      Yang jenuh oleh mineral lautan nafsu dan ambisi?
Di gunung ini tiga bulan lalu,
  Pohon pinus utama bertanya sekuat-kuatnya padaku:
     Haruskah aku meminta-minta pada Hakim Adil
     Untuk membatalkan gugatan kami terhadap para laknat negerimu
     Yang memperkosa anak tanah kami?