Mohon tunggu...
SAMUEL AGUS SANTOSA
SAMUEL AGUS SANTOSA Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Merupakan mahasiswa FISIP UNDIP Political dan Government Science yang memiliki banyak keresahan-keresahan dan mencoba menuangkannya dalam tulisan. Semoga bermanfaat kirim komentar, kritik, dan saran. God Bless You

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Aku Beragama?

29 Maret 2020   03:00 Diperbarui: 29 Maret 2020   04:12 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bercermin. (Sumber: KOMPAS/DIDIE SW)

Hubungan lintas agama yang karib ini tercermin jika keluarga yang beragama muslim merayakan idul fitri maka penulis yang beragama kristen ikut memberikan selamat, dan ikut merayakannya. Hal itu menambah keanekaragaman sudut pandang dari penulis untuk memahami perspektif dari agama yang berbeda. 

Hal itu berlaku sebaliknya, jika penulis sedang merayakan hari raya natal, maka sanak saudara beragama muslim turut datang dan mengucapkan selamat natal. Ada kelompok yang beranggapan bahwa mengucapkan selamat natal melanggar syariat. Namun yang penulis ketahui bahwa keluarga besar saya menjalankan kewajiban agamanya dengan taat, mereka sembahyang dengan rutin. 

Apakah hanya karena keluarga besar penulis mengucapkan selamat natal kepada penulis maka apa yang dilakukan mereka—menjalankan kewajiban agamanya dengat taat—lantas dibatalkan begitu saja, hanya karena rasa simpati kepada keluarganya yang lintas agama.

Penulis tidak memiliki hak untuk menentukan hal berikut , hal itu adalah kedaulatan sang ilahi. Namun yang perlu digaris-bawahi bahwa sang ilahi menciptakan manusia berbeda, bahwa perbedaan adalah sebuah keniscayaan.

Akhirnya perbedaan bukan untuk ditakuti atau ditolak, bahkan sampai memiliki prinsip yang berbeda harus disamakan. Perbedaan adalah sebuah inisiatif dari sang ilahi. Tugas manusia adalah menghormati inisiatif dari Tuhan. Lantas bagaimana caranya?

Yakni dengan merayakan perbedaan itu sendiri. Berbeda itu indah. Mulai dari diri sendiri, jangan batasi diri untuk bergaul dengan komunitas yang homogen, melainkan lampaui batas-batas perbedaan itu sendiri. 

Jangan membuat batasan bahwa jika aku beragama x, maka aku harus berkawan dengan orang lain dari agama yang x juga. Melainkan berkawanlah dengan siapa saja yang menurut kita memiliki input yang baik. Jangan pernah takut untuk berbeda, penulis hidup dalam perbedaan, dan penulis menikmati perbedaan itu. Mari hidup berdampingan dan beriringan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun