Hal ini menjadi ironi yang sangat memprihatinkan. Lebih lagi di Indonesia yang mengakui secara legal dalam konstitusi bahwa negara mewajibkan warga negaranya mengakui ketuhanan yang maha esa, atau singkatnya beragama. Namun apa arti dari mutilasi, penganiayaan, dan pembunuhan berencana jika yang melakukan adalah orang “berTuhan” atau “beragama”.
Matinya cinta kasih adalah matinya kemanusiaan. Agama hanya alat yang “tidak mampu” menjadikan pengikutnya menyatakan cinta kasih kepada manusia lain. Lebih baik tidak beragama, namun tau cinta kasih dan kemanusiaan, daripada sebaliknya.
Lantas bagaimana menghidupkan cinta kasih manusia yang sudah mati ini?. Perlu diketahui jika manusia melakukan tindakan brutal kepada manusia lainnya, maka sekali-kali jangan menyalahkan agama.
Sebab bukan agama yang seharusnya menghidupi cinta kasih melainkan cinta kasih yang menghidupi agama. Bahkan manusia yang tidak beragama jika lebih memiliki cinta kasih, maka yang beragamapun perlu belajar kepadanya.
Cinta kasih adalah esensi dari kehidupan, tidak mungkin pencipta kita mencipta manusia lain bukan untuk dikasihi. Kita butuh mengasihi dan dikasihi, kenapa demikian?
Jika Pencipta kita saja menciptakan manusia untuk memberikan cinta kasih kepada manusia, serta manusia ciptaan diberi perintah untuk mengasihi penciptanya. Maka jelas hal itu juga berlaku bagi kita dan manusia lain.
Cinta kasih adalah nilai awal dan paling penting dari agama—tanpa cinta kasih Tuhan kepada manusia—barangkali kita akan dihukum-Nya karena dosa dan pelanggaran kita. Cinta kasih kepada Tuhan dan cinta kasih kepada sesama adalah output dari agama. Suatu kehidupan yang sungguh ideal jika cinta kasih tersebut dapat terwujud di masyarakat kita saat ini.
Selanjutnya setelah agama mendorong cinta kasih, agama juga mendorong kemanusiaan. Dalam istilah cinta kasih di dalamnya terselip kemanusiaan.
Bagaimana mungkin seseorang mengaku memiliki cinta kasih namun tidak memiliki kemanusiaan?—cinta kasih dan kemanusiaan selalu berjalan beriringan. Dan diantara kasih dan kemanusiaan ada hal yang menyatukan keduanya, yakni toleransi, toleransi adalah perekat cinta kasih dan kemanusiaan. Sebab toleransilah yang menjadikan cinta kasih dan kemanusiaan semakin bermakna.
Agama mendorong manusia mencapai hakikat hidup yang sesungguhnya. Sebab dalam agama diajarkan nilai nilai kebaikan, persaudaraan, harmoni. Itulah yang membuat manusia beragama akan mencapai titik ideal di dalam dirinya, yakni apa yang diajarkan agama kepadanya. Sebuah cita-cita yang dilandaskan pada ajaran agama akan membuat kehidupan di bumi jauh lebih baik.
Agama mendorong keteraturan di masyarakat. Nilai-nilai kebaikan yang bersumber dari agama membuat keteraturan dalam hubungan manusia dengan lingkungannya. Itu artinya agama mendorong kehidupan yang lebih baik. Sebuah keteraturan akibat kesadaran dari tiap-tiap individu yang memeluk keagamaannya tanpa paksaan, melainkan berdasarkan kebebasan dan kesadaran.