Kendati begitu, setelah ditelisik lebih jauh, hati kecil Mawar tak sejalan dengan bibirnya yang kerap tersenyum. Dia mengaku seperti tengah dicambuk berkali-kali kala melakukan hubungan terlarang dengan gonta-ganti pria hidung belang.Â
Mawar tetap masih berharap, suatu saat kelak dia bisa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih layak ketimbang menjadi penjaja kenikmatan sesaat. Dia sadar bahwa apa yang diperbuatnya ini salah, tetapi dia belum bisa keluar dari jaring-jaring dunia esek-esek.Â
"Doakan saja, Kang! Suatu saat nanti aku bisa taubat!" ungkap Mawar.Â
Panggilan bertaubat bagi siapapun termasuk Mawar adalah keniscayaan. Bahkan, seruan untuk bertaubat sering kita dengar, hanya soal indera pendengaran saja yang bermasalah. Mendengar tetapi tidak fokus pada inti yang disampaikan. Mungkin bisa saja mendengar, tetapi menerima panggilan tersebut adalah soal lain.Â
Jika nafas masih ada, itu tandanya masih terbuka kesempatan untuk bertaubat, tak terkecuali Mawar. Jika ada yang merasa kotor, terlanjur banyak maksiat dan dosa, itu tandanya diperintahkan untuk membersihkan diri, bertaubat.Â
Jika orang sudah tahu dirinya kotor, berlumur lumpur, lantas 'mandi', lalu menceburkan diri dalam kubangan lumpur, itu berarti "nekat".
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H