Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Nyata: Pengakuan Si Pemandu Karoke, Open BO pada Masa Korona dengan Harga Pertemanan

24 September 2020   16:05 Diperbarui: 24 September 2020   16:18 6323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PANDEMI virus korona tidak hanya mengancam keselamatan nyawa manusia, tetapi juga sanggup memporak-porandakan kehidupan ekonomi. 

Banyak perusahaan kecil di sekitarku tinggal, di Kabupaten Sumedang, terpaksa tutup sementara dan sebagian malah gulung tikar. Dari sekian banyak perusahaan yang terpaksa tutup tersebut, tempat hiburan malam termasuk di antaranya. Semisal tempat karaoke. 

Setidaknya ada tiga tempat karoke besar yang berada di pusat kotaku tidak bisa lagi membuka usahanya sejak bulan April 2020 lalu, gara-gara virus korona tadi. 

Bagi masyarakat biasa, terutama ibu-ibu yang kerap "kehilangan" suaminya pada malam hari karena ngelayab ke tempat karoke, tutupnya tempat karoke adalah anugerah. Sebab, jadi sering banyak berkumpul, bersenda gurau bareng anak dan isterinya. 

Namun, lain halnya dengan nasib para karyawan dan para pemandu lagu (PL). Tutupnya tempat karoke adalah musibah. 

Betapa tidak, itu berarti otomatis menutup pula keran duit. Padahal, hidup itu mahal, hidup itu perlu biaya dan hidup itu tidak bisa hanya dengan mengandalkan belas kasih orang lain. 

Bertemu Mawar 

Sore itu, untuk menghilangkan penat, seperti biasa aku selalu menyempatkan diri nongkrong di kedai kopi seberang sebuah Mall ternama di tanah air. 

"Kang, biasa kopi pait jangan dikucek!" pesanku pada Kang Ajo, pemilik kedai. 

Sambil menunggu pesanan datang, aku pun duduk seraya pandangan mata diarahkan pada dua sosok wanita muda yang tengah bersenda gurau tak jauh dari penulis. 

Cukup lama memandang, tiba-tiba aku merasa tidak asing dengan wanita satunya lagi. "Rasanya aku pernah ketemu dia, tapi di mana?" Pikirku. 

Sepeminuman teh kemudian, aku baru teringat, bahwa wanita itu salah seorang PL karoke yang pernah satu room denganku beberapa bulan lalu.

Merasa sudah pernah bertemu, aku pun akhirnya memberanikan diri memanggilnya untuk duduk satu meja. Gayung bersambut, wanita yang namanya sebut saja Mawar bersama temannya bergegas menghampiri. Dan, kami pun berkenalan. 

Tanpa basa-basi, aku pun langsung "menembak" Mawar dengan satu kalimat meyakinkan. "Kita pernah bertemu loh sebelumnya." 

"Di mana?" tanya Mawar. 

"Di tempat karoke. Kamu dulu kan PL A***A (nama tempat karoke)? 

"Iya. Koq tahu?" Mawar penasaran. 

"Kita kan pernah satu room," jawabku. 

"Oooh, gitu. Kebetulan, dong." 

"Maksudnya?" 

"Engga. Cuma bercanda," jawabnya sambil cekikikan. 

Karena hanya bercanda, aku pun tidak mau ambil pusing untuk membahasnya lebih jauh. Kami betiga pun ngobrol ngaler-ngidul tak jelas. Sampai akhirnya aku mencoba menanyakan aktivitas Mawar setelah tidak bekerja lagi di tempat koroke. 

Jawaban yang aku terima sungguh mengagetkan. Tanpa tendeng aling-aling, Mawar mengaku selama tidak menjadi PL, dia Open Booking Online (BO) alias menjajakan diri. Sarana yang dia pakai adalah via chatingan WhatsApp. 

Dalam mendapatkan laki-laki hidung belang, Mawar biasanya diorder oleh seseorang yang dipanggil dengan sebutan "Mamih". Namun begitu, masih diakui Mawar, ada juga yang mengontaknya langsung. 

Adapun tentang tarif, Mawar tidak berani berterus terang. Menurut wanita muda dengan rambut sebahu ini, sangat sulit menentukan tarif tinggi dalam situasi pandemi seperti sekarang. 

"Kebanyakan hanya harga pertemanan saja, Kang!" terangnya sambil tersenyum genit. 

Sebagai pria normal, jujur saja aku rada-rada salah tingkah dengan senyumannya itu. Beruntung masih bisa menguasai diri agar tidak tergoda. 

Alasan Mawar Open BO 

Meski sebenarnya aku bisa menebak alasan Mawar terjun ke dunia esek-esek, tetap saja aku penasaran untuk bertanya. Dan, benar saja. Dengan menyunggingkan senyumnya, Mawar dengan gamblang mengaku, semua itu dia lakukan demi menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. 

Sejak lulus SLTA tahun 2018, Mawar diajak salah seorang teman satu kampungnya di Daerah Kabupaten Indramayu untuk menjadi PL Karoke di Sumedang. Dia pun menyanggupi tawaran tersebut, hingga akhirnya tempat karoke tutup gara-gara virus korona. 

Namun, meski sudah tidak lagi bekerja, Mawar tetap lebih memilih tinggal di Sumedang, karena di kampungnya tidak ada yang bisa dikerjakan. Bersama temannya dia mengontrak rumah dengan bayaran bulanan. 

Untuk membayar kontrakan dan memenuhi kebutuhannya sehari-hari itu, Mawar akhirnya terpaksa terjerumus pada dunia esek-esek dengan cara open BO. Meski hasilnya tak seberapa, tetapi cukup untuk bisa tetap bertahan hidup. 

Satu hal lagi pengakuan Mawar, dia tidak sembarang melayani laki-laki hidung belang. Hanya laki-laki muda dan dia suka saja yang dilayani. 

Kendati begitu, setelah ditelisik lebih jauh, hati kecil Mawar tak sejalan dengan bibirnya yang kerap tersenyum. Dia mengaku seperti tengah dicambuk berkali-kali kala melakukan hubungan terlarang dengan gonta-ganti pria hidung belang. 

Mawar tetap masih berharap, suatu saat kelak dia bisa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih layak ketimbang menjadi penjaja kenikmatan sesaat. Dia sadar bahwa apa yang diperbuatnya ini salah, tetapi dia belum bisa keluar dari jaring-jaring dunia esek-esek. 

"Doakan saja, Kang! Suatu saat nanti aku bisa taubat!" ungkap Mawar. 

Panggilan bertaubat bagi siapapun termasuk Mawar adalah keniscayaan. Bahkan, seruan untuk bertaubat sering kita dengar, hanya soal indera pendengaran saja yang bermasalah. Mendengar tetapi tidak fokus pada inti yang disampaikan. Mungkin bisa saja mendengar, tetapi menerima panggilan tersebut adalah soal lain. 

Jika nafas masih ada, itu tandanya masih terbuka kesempatan untuk bertaubat, tak terkecuali Mawar. Jika ada yang merasa kotor, terlanjur banyak maksiat dan dosa, itu tandanya diperintahkan untuk membersihkan diri, bertaubat. 

Jika orang sudah tahu dirinya kotor, berlumur lumpur, lantas 'mandi', lalu menceburkan diri dalam kubangan lumpur, itu berarti "nekat".

Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun