Tentu saja jika berkaca dari pengalaman berorganisasi, keduanya cukup potensial. Hanya, jika merujuk pada situasi politik hari ini, dimana elektabilitas kedua tokoh ini masih rendah.Â
Jujur, dalam pandangan penulis, Puan dan Gatot belum cukup layak untuk menjadi presiden maupun wakil presiden.Â
Tingkat elektabilitas sangat penting menentukan layak tidaknya atau menakar peluang menang seseorang dalam pencapresan atau pemilihan kepala daerah. Sebab ini menyangkut tentang tingkat keterpilihan atau ketertarikan publik dalam memilih calon.Â
Artinya, jika nilai elektabilitasnya jeblok, sudah dipastikan bahwa tingkat keterpilihan dan ketertarikan publik terhadap Puan dan Gatot Nurmantyo juga rendah.Â
Dengan kata lain, boleh jadi publik tidak percaya dan menganggap keduanya tidak atau belum layak untuk memaksakan nyapres.Â
Seperti diketahui, berdasarkan hasil survei Indikator Politik Indonesia (IPI) yang diselenggarakan pada medio Juli 2020, keduanya hanya berkutat di papan bawah. Puan memperoleh 2 persen, sedangkan Gatot sedikit di bawahnya, 1,4 persen.Â
Persentase Puan dan Gatot ini jelas masih jauh jika dibandingkan dengan tiga nama yang selalu langganan masuk tiga besar, yakni Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo; Menteri Pertahanan (Menhan), Prabowo Subianto, dan Gubernur DKI, Anies Baswedan.Â
Jadi menurut hemat penulis, jika Puan Maharani atau Gatot Nurmantyo ingin dianggap layak untuk maju Pilpres 2024, tentu keduanya harus bisa membuktikan diri terhadap masyarakat bahwa mereka pantas untuk dicalonkan.Â
Hal ini tidak mudah. Mereka berdua kudu bekerja lebih ekstra demi mendongkrak tingkat elektabilitasnya.Â
Peluang Nyapres Puan dan GatotÂ
Sebagaimana telah disinggung, Puan dan Gatot masih belum layak untuk nyapres jika dilihat dari tingkat elektabilitasnya yang masih rendah.