SEBENARNYA tak ada niatan penulis untuk membanding-bandingkan antara Ketua DPR RI sekaligus politisi PDI Perjuangan (PDIP), Puan Maharani dengan mantan Panglima TNI, Jendral (Purn) Gatot Nurmantyo, yang disebut-sebut memiliki syahwat politik yang sama untuk maju pada Pilpres 2024 mendatang.Â
Namun, beberapa waktu terakhir konstelasi politik tanah air cukup memanas. Pemantiknya adalah sindiran Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri terhadap Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang ter-ekspose di beberapa media massa.Â
Putri sulung proklamator Indonesia, Sukarno tersebut mengatakan, bahwa ada beberapa tokoh yang tergabung di kelompok yang diprakarsai Din Syamsuddin dan kawan-kawan ini berkeinginan menjadi Presiden RI.Â
Adanya sindiran tersebut langsung dibalas oleh salah seorang deklarator KAMI, Andianto. Dia menilai, pernyataan Megawati itu merupakan bentuk dari rasa kecemasan, karena elektabilitas putri sulungnya, Puan Maharani jeblok.Â
Tak hanya Adianto. Salah seorang penggagas KAMI lainnya, Gatot Nurmantyo juga ikut bereaksi. Pria kelahiran Tegal, 13 Maret 1960 itu menyebut, dirinya belum memikirkan tentang pencalonan. Lantaran situasi negara saat ini sedang sakit dan susah.Â
Gatot juga mengatakan, hal paling penting dipikirkan sekarang adalah bagaimana caranya menyelamatkan negara.Â
Masih dikatakan Gatot, apabila ada yang berprasangka dirinya hendak nyapres merupakan hal jamak. Meski sebenarnya tak masuk logika, ketika keadaan negara tengah terpuruk masih berpikir untuk kepentingan egonya sendiri.Â
Nah, merujuk dari balasan Andianto yang membawa-bawa nama Puan Maharani, penulis jadi tergelitik untuk coba membandingkannya dengan Gatot Nurmantyo.Â
Kenapa?Â
Karena seperti penulis sebut di atas, kedua sosok ini tak dipungkiri banyak yang menduga mempunyai syahwat politik yang sama. Keduanya berkeinginan maju pada kontestasi perburuan kursi Indonesia 1 atau 2.Â
Seperti judul tulisan ini, siapa diantara kedua tokoh ini yang paling layak untuk nyapres?