JANGAN sekali-kali melupakan sejarah (Jas Merah), itulah sebuah kalimat legendaris, yang pernah terlontar dari Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Sukarno.Â
Tentu jika dimaknai lebih mendalam, ucapan Bung Karno--sebutan dari lain Ir. Sukarno ini meminta pada segenap generasi masa depan bangsa untuk tetap mengingat tentang apa yang terjadi dimasa lampau.Â
Namun, tentu maksudnya bukan sekadar mengingat saja, karena kalau sekadar mengingat dan cuma ingin tahu, kita cukup mencari referensi atau membaca buku sejarah.Â
Maksud Bung Karno, tentunya ingin para generasi yang akan datang bisa memahami sejarah. Kemudian, memetik pelajaran dari apa yang terjadi di masa lalu, agar hidup kita jauh lebih baik dan bermanfaat bagi orang banyak. Betapapum, sejarah adalah soko guru bagi langkah kita di masa depan.Â
Begitu banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang telah terjadi, sejak Negara Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 silam. Salah satunya adalah muncul dua tokoh bangsa, untuk kemudian didaulat sebagai bapak proklamator kemedekaan RI. Mereka adalah Bung Karno dan Bung Hatta.Â
Tak hanya itu, saking dekatnya sosok ini sempat disebut-sebut sebagai dwi tungga Republik Indonesia. Artinya, meski beda sosok, tapi satu dalam pemikiran, visi dan misi.Â
Bicara tentang Bung Karno, siapapun warga negara Indonesia paham, bahwa dia adalah pendiri bangsa ini atau the founding father Bangsa Indonesia.Â
Kegigihan, keuletan, keberanian, kecerdasan serta pengorbanannya untuk bangsa ini sudah tak perlu diragukan. Bung Karno adalah putra sang fajar, yang mampu menerangi jiwa-jiwa manusia Indonesia untuk tetap bisa melangkah jauh ke depan.Â
Karena superioritasnya Bung Karno dalam berjuang, membela dan membangun bangsa, kadang membuat orang lupa. Sebetulnya di tanah air ini masih banyak sosok-sosok penting yang juga tidak kalah berjasa. Diantaranya, mereka itu adalah Sutan Syahrir, KH. Agus Salim, Moh. Roem, dan tentu saja Bung Hatta.Â
Nah, dalam kesempatan ini, izinkan penulis sedikit mengulas tentang kisah hidup dari Bung Hatta.Â
Dalam buku-buku sejarah atau sumber berita yang pernah penulis baca, Bung Hatta dikenal sebagai sosok yang sangat bersahaja. Jauh dari kata hidup mewah, tidak seperti sering kita lihat dan dengar dari para pejabat di zaman ini.Â
Padahal, sudah sama-sama kita ketahui, bahwa Bung Hatta adalah tokoh pejuang, pahlawan nasional, negarawan, ekonom dan Wakil Presiden Indonesia yang pertama.Â
Bung Hatta lahir di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902. Sebelum populer dengan nama panggilan Bung Hatta. Sebenarnya, nama lahirnya adalah  Mohammad Athar. Beliau meninggal di Jakarta pada tanggal 14 Maret 1980.Â
Seperti telah penulis singgung, Bung Hatta adalah salah seorang tokoh yang memainkan peranan penting untuk membawa Indonesia mewujudkan mimpinya sebagai bangsa yang merdeka, sehingga akhirnya mampu memproklamirkan diri pada 17 Agustus 1945.Â
Setelah memasuki era merdeka, Bung Hatta sempat menduduki posisi-posisi penting di pemerintahan. Beliau sempat menjabat sebagai Perdana Menteri mulai dari Kabinet Hatta I hingga Republik Indonesia Serikat (RIS). Kemudian, Bung Hatta juga pernah menjabat sebagai Wakil Presiden.Â
Namun, karena timbul perselisihan paham dan beda pandangan dengan Presiden Sukarno, akhirnya Bung Hatta meletakan jabatannya tersebut. Beliau mundur sebagai Wakil Presiden RI, pada tahun 1956.Â
Setelah tak lagi menjabat di pemerintahan, Bung Hatta lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menulis dan berceramah dari kampus ke kampus, bahkan hingga ke mancanegara.Â
Demikian secuil dari segudang kisah dan jasa-jasa Bung Hatta dalam membawa bangsa ini merdeka. Namun, dibalik dari segala perjuangannya itu ada kisah menarik yang patut diketahui dan dijadikan pelajaran hidup bagi kita semua.Â
Kisah ini tentang kesederhanaan beliau dan keyakinanannya pada sang Maha Pencipta yang begitu kuat. Apa saja kisah tersebut?Â
Tidak Mampu Beli Sepatu IdamanÂ
Pada tahun 1950-an ada satu sepatu buatan Swiss yang begitu ngetrend di zamannya. Sepatu ini bermerk "Bally". Bung Hatta yang kala itu masih menjabat sebagai wakil presiden sangat ingin memilikinya. Namun, dia tidak mampu untuk membeli, karena uangnya tidak cukup.Â
Dikutip dari sosok.id, suatu hari, beliau membaca sebuah iklan sepatu Bally di koran yang mempromosikan tempat dijualnya sepatu idaman itu.Â
Nah, agar kesampaian membeli, Bung Hatta lalu menggunting potongan iklan itu. Kemudian, beliau diam-diam menabung agar kelak bisa membelinya.Â
Namun, uang tabungannya tidak pernah mencukupi, karena selalu digunakan untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu saudaranya yang membutuhkan pertolongan. Sampai beliau meninggal, sepatu Bally itu tidak pernah terbeli. Banyak orang yang tidak percaya.Â
Dari sini bisa kita lihat, bagaimana bersahajanya sosok Bung Hatta. Sebagai orang nomor dua paling berkuasa di tanah air, sejatinya sekadar untuk memiliki sepatu mahal apapun rasanya bukan perkara sulit. Bahkan mungkin hal yang sangat mudah didapat, jika dia mau sedikit memanfaatkan kekuasaannya.Â
Tapi itu tak beliau lakukan. Bung Hatta tidak ingin mengotori tangannya dengan memanfaatkan kekuasaan hanya demi kepentingan pribadi. Dia hidup cukup mengandalkan gajinya saja, tanpa mau "menyomot" uang negara yang bukan menjadi haknya.Â
Kondisi ini berbanding terbalik dengan kondisi kebanyakan pejabat sekarang. Jangankan hanya beli sepatu, mobil-mobil mewah hingga rumah mewahpun sepertinya dengan gampang mereka dapatkan.Â
Itulah sosok bersahaja Bung Hatta, yang sejatinya bisa dijadikan suri teladan oleh pejabat-pejabat negara saat ini. Jika itu terjadi, tercipatnanya negara adil, makmur dan sejahtera rasanya bukan lagi mimpi di siang bolong.Â
Pernah Tinggal di "Rumah Setan"Â
Sama halnya dengan para pejuang kemerdekaan lainnya. Semasa muda, Bung Hatta juga kerap mendapatkan perlakuan tidak adil dari kaum penjajah.Â
Beliau kerap diasingkan atau dibuang ke tempat-tempat yang jauh dari keramaian agar tidak lagi mampu bergerak menyampaikan idealismenya terhadap masyarakat tanah air.Â
Salah satu wilayah yang pernah menjadi tempat pembuangan Bung Hatta adalah Banda Neira, Maluku. Peristiwa pengasingan ini terjadi pada tahun 1935 silam.Â
Di tempat ini, Bung Hatta disebut-sebut pernah menempati sebuah rumah yang disebut "Rumah Setan". Bagaimana kisahnya?Â
Dikutip dari Sindonews.com, Bung Hatta sempat menempati rumah kosong milik salah satu warga Ambon yang tinggal di Makasar. Rumah itu disewa Bung Hatta 10 gulden sebulan.Â
Sebenarnya rumah itu sempat disewa oleh seorang juru rawat, namun tidak kerasan, karena sering melihat peti mati hitam di bagian tengah rumah.Â
Sebab itu, beberapa kenalan Hatta sempat menasihati agar jangan menyewa rumah tersebut, karena rumah itu adalah 'rumah setan' sehingga tidak baik untuk ditinggali. Namun, Bung Hatta cuek. Menurutnya, jika dia pindah ke rumah itu, setannya bisa disuruh pergi.Â
Setelah dua atau tiga hari tinggal, datang seorang dari keluarga Baadillah, keturunan bangsawan Arab, yang bertanya kepada Bung Hatta. Apakah tidak ada yang mengganggu, saat dirinya tidur?Â
"Setan yang dikatakan menghuni rumah ini sudah kusuruh pergi ke belakang benteng," kata Hatta.Â
Mendengar jawaban Hatta, orang tersebut malah ketakutan keluarganya yang akan diganggu setan tersebut.Â
"Itu tidak akan terjadi asal Tuan sekeluarga apabila mau tidur membaca ayatul kursi dan setan itu pun tidak akan berani mengganggu Tuan sekeluarga," ujar Hatta menasihati orang tersebut.Â
Dari peristiwa ini, membuktikan, Bung Hatta adalah seorang manusia yang memiliki keimanan dan keyakinan kuat terhadap sang Maha Pencipta. Dia tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang dengan adanya gangguan hantu atau setan.Â
Dalam pandangannya, rasa takut itu bisa diusir, asal kita menyerahkan diri dan berdoa minta pertolongan sepenuhnya pada Sang Maha Pencipta.Â
Begitulah Bung Hatta, sosok manusia pinilih dan adiluhung. Dia tidak silau akan kekuasaan. Bahkan, dia tak segan melepaskan jabatan tinggi yang sudah dalam genggamannya, daripada hidup tidak sesuai dengan prinsip-prinsipnya.Â
Bung Hatta juga sosok sang pemberani. Namun, dibalik keberaniannya itu, tersimpah jiwa yang bersahaja dan terus membumi. Salut dan hormat.Â
Tak lupa, penulis ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya. Salah satunya atas jasa Bung Hatta pula, besok, Seni (17/08/2020), Bangsa Indonesia bisa merayakan ulang tahun kemerdekaannya yang ke-75. Jayalah selalu Indonesia!
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H