Nah, agar kesampaian membeli, Bung Hatta lalu menggunting potongan iklan itu. Kemudian, beliau diam-diam menabung agar kelak bisa membelinya.Â
Namun, uang tabungannya tidak pernah mencukupi, karena selalu digunakan untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu saudaranya yang membutuhkan pertolongan. Sampai beliau meninggal, sepatu Bally itu tidak pernah terbeli. Banyak orang yang tidak percaya.Â
Dari sini bisa kita lihat, bagaimana bersahajanya sosok Bung Hatta. Sebagai orang nomor dua paling berkuasa di tanah air, sejatinya sekadar untuk memiliki sepatu mahal apapun rasanya bukan perkara sulit. Bahkan mungkin hal yang sangat mudah didapat, jika dia mau sedikit memanfaatkan kekuasaannya.Â
Tapi itu tak beliau lakukan. Bung Hatta tidak ingin mengotori tangannya dengan memanfaatkan kekuasaan hanya demi kepentingan pribadi. Dia hidup cukup mengandalkan gajinya saja, tanpa mau "menyomot" uang negara yang bukan menjadi haknya.Â
Kondisi ini berbanding terbalik dengan kondisi kebanyakan pejabat sekarang. Jangankan hanya beli sepatu, mobil-mobil mewah hingga rumah mewahpun sepertinya dengan gampang mereka dapatkan.Â
Itulah sosok bersahaja Bung Hatta, yang sejatinya bisa dijadikan suri teladan oleh pejabat-pejabat negara saat ini. Jika itu terjadi, tercipatnanya negara adil, makmur dan sejahtera rasanya bukan lagi mimpi di siang bolong.Â
Pernah Tinggal di "Rumah Setan"Â
Sama halnya dengan para pejuang kemerdekaan lainnya. Semasa muda, Bung Hatta juga kerap mendapatkan perlakuan tidak adil dari kaum penjajah.Â
Beliau kerap diasingkan atau dibuang ke tempat-tempat yang jauh dari keramaian agar tidak lagi mampu bergerak menyampaikan idealismenya terhadap masyarakat tanah air.Â
Salah satu wilayah yang pernah menjadi tempat pembuangan Bung Hatta adalah Banda Neira, Maluku. Peristiwa pengasingan ini terjadi pada tahun 1935 silam.Â
Di tempat ini, Bung Hatta disebut-sebut pernah menempati sebuah rumah yang disebut "Rumah Setan". Bagaimana kisahnya?Â