Mohon tunggu...
Salsa billa fitriah
Salsa billa fitriah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

belajar menjadi lebih baik:)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Trasformasi Pesantren dalam Menyongsong Bonus Demografi 2045, Inovasi dan Strategi

22 Oktober 2024   11:25 Diperbarui: 22 Oktober 2024   11:55 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Apa sih bonus demografi 2045 itu?

Yang di maksud dengan bonus demografi 2045 adalah periode dimana kondisi sebuah negara dipenuhi dengan jumlah penduduk produktif lebih banyak dari pada jumlah penduduk tidak produktif. Yang mana pada preode ini akan menjadi peluang besar bagi indonesia untuk meningkatkan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. 

Jumlah penduduk produktif yang tinggi memberikan potensi yang luar biasa pada produktivitas nasional. dengan demikian diperlukan perencanaan strategi yang benar-benar tepat dan matang terutama dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. 

Pada tahap inilah lembaga pendidikan termasuk pesantren berperan penting dalam menghadapi transpormasinya dalam menyongsong periode Bonus Demografi 2045.

Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang berbasis ilmu keagamaan yang sudah lama sejak dulu menjadi pilar dalam membentuk generasi muda yang berakhlakul karimah dan mandiri,pesantren harus bsa bertransformasi dan berinovasi untuk tetap menjaga kerelevansinya dengan kebutuhan global. 

Jika pada saat ini dan sebulumnya pesantren lebih berfokus terhadap pendidikan agama yang masih tradisional, maka sudah saatnya pesantren mengembangkan strategi yang lebih kompersensif, dengan mengintegrasikan ilmu keagamaan dengan keterampilan modern yang sangat penting dan sangat dibutuhkan di era digital dan globalisasi. 

Dari pernyataan ini agar pesantren dapat memanfaatkan bonus demografi 2045 dengan baik dibutuhkan inovasi dan perencanaan strategi yang matang.

Tantangan Pesantren dalam Bonus Demografi

Meskipun demikian, bonus demografi memberikan potensi besar, dan tantangan bagi institusi pesantren tidaklah kecil. Pertama, ada persoalan ketimpangan akses pendidikan antara santri yang tinggal di pesantren pedesaan dan perkotaan. 

Kedua, masih banyak pesantren yang belum sepenuhnya mengadopsi teknologi digital dalam proses pembelajarannya, sehingga mempersempit akses santri terhadap informasi dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri masa kini. 

Ketiga, kurangnya keterampilan vokasional yang diajarkan di pesantren juga menjadi tantangan serius, mengingat dunia kerja yang semakin kompetitif dan dinamis.

Jika tantangan-tantangan tersebut tidak dapat diatasi, institusi pesantren akan sulit beradaptasi dengan tuntutan Era Bonus Demografi. Ia akan mengalami kelemahan dalam hal daya saing lulusan pesantren di dunia kerja modern dan terhalang dari mengoptimalkan peran mereka bagi bangsa.

Inovasi dalam Perencanaan Strategi Pesantren

Dalam rangka mempersiapkan para pesantren untuk menyambut bonus demografi 2045; karenanya, diperlukan inovasi dalam perencanaan strategis. Agar menjadi oke, mungkin ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk memaksimalkan potensi pesantren di era mendatang:

1. Pengembangan Kurikulum Berbasis Keterampilan Modern

Mungkin Sudah saatnya pesantren berinovasi dengan memperluas kurikulumnya, tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga keterampilan modern yang menjawab kebutuhan industri. 

Bisa dalam bentuk pengajaran keterampilan digital, coding, teknologi informasi, bahkan kewirausahaan. Dengan begitu, para santri akan dibekali dengan ilmu agama yang kuat serta keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja di era digital.

Kurikulum pendidikan yang sukses harus mencakup pengembangan keterampilan modern dan memberikan siswa kesempatan untuk mengembangkan keterampilan tersebut melalui berbagai strategi pembelajaran yang inovatif dan bervariasi. Hal ini penting untuk mempersiapkan siswa agar siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di masa depan.

2. Peningkatan Akses Teknologi

Kemampuan mengakses dan menggunakan teknologi sangat penting dalam era bonus demografi. Pesantren perlu berinvestasi lebih banyak dalam infrastruktur digital, termasuk akses internet yang memadai, komputer, dan perangkat teknologi lainnya, serta dalam pelatihan guru agar mereka mampu mempraktikkan teknologi untuk tujuan pembelajaran. 

Dengan teknologi, pesantren juga dapat menyediakan pembelajaran daring, memperluas jaringan internasional mereka, dan memperkaya materi pelajaran mereka dengan referensi dari seluruh dunia.

Peningkatan akses teknologi di pesantren bukan hanya soal ketersediaan perangkat keras dan akses internet, tetapi juga mencakup pengembangan kompetensi pengajar dan santri dalam memanfaatkan teknologi secara efektif. Dengan investasi yang tepat dan budaya belajar berbasis teknologi, pesantren akan mampu menyiapkan santri ke arah kesiapan menghadapi tantangan masa depan, memberikan dampak positif bagi masyarakat, dan memanfaatkan bonus demografi secara optimal.

3. Pendidikan Kewirausahaan dan Kemandirian Ekonomi

Dengan bonus demografi yang memiliki peluang menambah sumber daya manusia secara besar, pesantren harus memberikan keterampilan kewirausahaan kepada santri. Dengan mengembangkan kemampuan wirausaha santri, nantinya pesantren bisa membantu mengurangi ketergantungan mereka pada lapangan kerja formal serta menciptakan lapangan kerja baru yang inovatif. 

Pelatihan bisnis dan kewirausahaan yang dapat dilakukan seperti pengembangan koperasi pesantren atau UMKM berbasis pesantren, merupakan solusi bagi perkembangan kemandirian ekonomi santri.

Pesantren juga dapat menggunakan teknologi untuk mengembangkan program pelatihan kewirausahaan digital. Santri dapat belajar cara membuat usaha daring dengan menggunakan platform e-commerce dan media sosial. 

Pesantren juga dapat memberikan pelatihan dan bimbingan tentang cara menjual produk, mengelola keuangan usaha tersebut, dan membangun brand awareness di dunia digital. Program ini akan menambah keterampilan santri dalam menciptakan lapangan kerja sendiri dan bahkan berkontribusi terhadap ekonomi lokal.

4. Kolaborasi dengan Dunia Industri dan Pendidikan Tinggi

Membangun kolaborasi antara pesantren, dunia industri, dan perguruan tinggi adalah salah satu cara menjembatani kesenjangan tersebut. Kolaborasi itu dapat berbentuk program magang bagi santri, beasiswa untuk melanjutkan pendidikan maupun pelatihan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Dengan demikian, lulusan pesantren yang siap kerja dan dapat bersaing di pasar global akan dapat dilahirkan melalui sinergi antara pesantren dengan dunia industri.

5. Penguatan Kompetensi Pengajar

Guru pesantren memegang peranan yang sangat penting dalam proses transformasi ini. Dalam kaitan itu, investasi dalam peningkatan kompetensi guru pesantren menjadi prioritas utama dalam mengajarkan tidak hanya ilmu agama tetapi juga kompetensi tambahan seperti teknologi, informasi, manajemen, dan keterampilan komunikasi. Pelatihan yang berkelanjutan akan memastikan bahwa guru mampu membimbing santri untuk menghadapi tantangan di era bonus demografi.

Pesantren sebagai Penggerak Bonus Demografi

Dengan inovasi-inovasi tersebut, pesantren tidak hanya dapat mempertahankan relevansinya, melainkan dapat berperan sebagai penggerak utama dalam bonus demografi 2045. 

Santri yang dibekali dengan keterampilan agama kuat serta kemampuan praktis dalam teknologi dan ekonomi akan menjadi generasi muda yang produktif, kreatif, mandiri, dan punya daya saing tinggi. 

Pesantren dapat menjadi pusat pemberdayaan sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi dan mengambil peran aktif dalam mencetak para pemimpin masa depan yang berintegritas dan berakhlak mulia.

Kesimpulan

Diperlukan transformasi dan inovasi dalam perencanaan strategis di dalam lembaga pesantren sebagai syarat mutlak untuk mempersiapkan diri menyambut bonus demografi tahun 2045. 

Dengan mengembangkan kurikulum yang lebih relevan, meningkatkan akses teknologi, mendorong kewirausahaan, dan memperkuat kolaborasi dengan berbagai pihak, pesantren dapat menjadi lembaga yang tidak hanya melahirkan generasi yang beriman tetapi juga generasi yang siap menghadapi tantangan globalisasi dan era digital. 

Bonus demografi merupakan momentum emas yang harus dioptimalkan, sementara pesantren berpotensi menjadi salah satu agen perubahan utama dalam proses tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun