Jika tantangan-tantangan tersebut tidak dapat diatasi, institusi pesantren akan sulit beradaptasi dengan tuntutan Era Bonus Demografi. Ia akan mengalami kelemahan dalam hal daya saing lulusan pesantren di dunia kerja modern dan terhalang dari mengoptimalkan peran mereka bagi bangsa.
Inovasi dalam Perencanaan Strategi Pesantren
Dalam rangka mempersiapkan para pesantren untuk menyambut bonus demografi 2045; karenanya, diperlukan inovasi dalam perencanaan strategis. Agar menjadi oke, mungkin ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk memaksimalkan potensi pesantren di era mendatang:
1. Pengembangan Kurikulum Berbasis Keterampilan Modern
Mungkin Sudah saatnya pesantren berinovasi dengan memperluas kurikulumnya, tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga keterampilan modern yang menjawab kebutuhan industri.Â
Bisa dalam bentuk pengajaran keterampilan digital, coding, teknologi informasi, bahkan kewirausahaan. Dengan begitu, para santri akan dibekali dengan ilmu agama yang kuat serta keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja di era digital.
Kurikulum pendidikan yang sukses harus mencakup pengembangan keterampilan modern dan memberikan siswa kesempatan untuk mengembangkan keterampilan tersebut melalui berbagai strategi pembelajaran yang inovatif dan bervariasi. Hal ini penting untuk mempersiapkan siswa agar siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di masa depan.
2. Peningkatan Akses Teknologi
Kemampuan mengakses dan menggunakan teknologi sangat penting dalam era bonus demografi. Pesantren perlu berinvestasi lebih banyak dalam infrastruktur digital, termasuk akses internet yang memadai, komputer, dan perangkat teknologi lainnya, serta dalam pelatihan guru agar mereka mampu mempraktikkan teknologi untuk tujuan pembelajaran.Â
Dengan teknologi, pesantren juga dapat menyediakan pembelajaran daring, memperluas jaringan internasional mereka, dan memperkaya materi pelajaran mereka dengan referensi dari seluruh dunia.
Peningkatan akses teknologi di pesantren bukan hanya soal ketersediaan perangkat keras dan akses internet, tetapi juga mencakup pengembangan kompetensi pengajar dan santri dalam memanfaatkan teknologi secara efektif. Dengan investasi yang tepat dan budaya belajar berbasis teknologi, pesantren akan mampu menyiapkan santri ke arah kesiapan menghadapi tantangan masa depan, memberikan dampak positif bagi masyarakat, dan memanfaatkan bonus demografi secara optimal.