Poppy merupakan salah satu tanaman berbunga asli Eurasia yang Sebagian besar dapat tumbuh pada daerah subtropis beriklim sedang. Tanaman yang termasuk ke dalam sub famili Papaveraceae ini memiliki keindahan bentuk bunga dengan empat hingga enam kelopak, disertai daun yang bergerigi dalam satu batang yang dapat tumbuh kurang lebih satu meter.
Banyaknya spesies bunga poppy yang tumbuh tidak serta merta dapat menjadi bahan dari pembuatan opium atau morfin. Beberapa jenis spesies dari tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias hingga menjadi campuran bahan makan, seperti biji poppy yang dijadikan taburan pada kue.Â
Hingga saat ini penghasil opium sejati diperoleh dari spesies Papaver somniferum  yang dapat menguraikan morfin kedalam berbagai jenis zat-zat aktif.
Opium yang diperoleh dari bunga poppy tidak dihasilkan dari seluruh bagian tumbuhan bunga, mereka dihasilkan dari pengolahan getah pada bunga yang telah gugur kelopaknya. Setelah gugur kelopaknya, bunga poppy memperlihatkan buah (polong) yang menutupi batang seukuran telur.Â
Polong ini disadap dengan pisau atau sejenisnya pada permukaan kulit buah untuk mengeluarkan getah kental berwarna putih, yang kemudian dikeringkan hingga berganti warna menjadi kecoklatan.Â
Getah coklat inilah yang dipanen sebagai opium mentah dari bunga poppy. Opium mentah kemudian diproses dan diolah dengan mengekstrak getahnya untuk dijadikan morfin, heroin, hingga metamfetamin atau shabu.
Opium dan Afghanistan
Opium merupakan salah satu jalur produksi yang menopang pendapatan negara Afghanistan. Meskipun terdapat berbagai sumber potensial yang dimiliki oleh negara tersebut, tampaknya produksi heroin dan opium menjadi pilihan yang banyak diambil warga untuk mendapatkan penghasilan.
Baik didesa maupun perbatasan dan kota-kota, opium menjadi harapan kehidupan yang berharga bagi warga Afghanistan. Mereka dapat meminimalisir kerugian dari benih gagal panen yang ditabur pada musim gugur, dengan penaburan benih pada musim semi.Â
Hal ini tentu saja menjadi point berharga bagi para warga yang berprofesi sebagai petani, di mana mereka dapat terus meningkatkan penjualan sekaligus dapat mengurangi kerugian.
Para petani Afghanistan sudah terbiasa mempertimbangkan penaburan benih dan hasil produksi yang akan diperoleh dengan memperkirakan faktor-faktor lapangan, seperti curah hujan tahunan, kenaikan harga pangan, dan harga opium dunia.Â
Mereka bahkan sudah mempersiapkan strategi ketika harga pangan dan biaya produksi meroket dengan mengekstrak cadangan opium dan heroin untuk memenuhi pasaran.
Adapun ketika meledaknya pandemi COVID-19, penanaman opium melonjak sebanyak 37% dalam total area budidaya, sebagaimana laporan UNODC. Terbukti pada tahun 2017 penjualan sebanyak 9.900 ton dengan nilai sekitar $1,4 miliar, menjadi penyokong dari PDB Afghanistan.Â
Kemudian pada tahun 2018 UNODC dan PBB kembali memperkirakan bahwasanya kontribusi dari produksi opium mencapai hingga 11% dari produk perekonomian negara, serta penyumbang 80% dari pasokan opium dunia.
Keterkaitan Taliban dalam Produksi Opium
Taliban yang merupakan kelompok militan di Afghanistan memiliki keterkaitan dan ikut andil dari produksi poppy atau opium di Afghanistan. Kelompok yang sedang menguasai Afghanistan ini memiliki kekuatan besar dalam mengendalikan perekonomian hingga politik yang berlangsung di tanah tersebut.
 Maka tak heran jika penduduk Afghanistan turut memperhatikan kemungkinan produksi yang memungkinkan dan menopang hidup mereka pada situasi yang tak stabil saat ini.
Kedudukan Taliban di Afghanistan tentunya membutuhkan dukungan mulai dari materi hingga kepercayaan dunia. Dilansir dari Aljazeera, seorang juru bicara Taliban berjanji untuk menghentikan (melarang) penyelundupan dan produksi narkoba.Â
Hal ini dapat dilihat sebagai cara Taliban untuk memperoleh pengakuan internasional dan pendanaan penanggulangan melalui pengendalian narkotika.
Mansfield dalam karyanya A State Built on Sand: How Opium Undermined Afghanistan, mengatakan bahwa sebagian daerah pedesaan penghasil opium atau shabu sudah berada dalam kendali Taliban secara sembunyi-sembunyi.Â
Dan menurut para ahli, Taliban dan para aparat publik secara tersembunyi terlibat dalam seluruh aktivitas produksi dan perdagangan narkotika.
PBB melaporkan kemungkinan jumlah perolehan Taliban dari perdagangan narkotika sebanyak lebih dari $400 juta antara tahun 2018 sampai 2019.Â
Diperkirakan Taliban mendapatkan dana dari pajak produksi dan perdagangan opium poppy sebesar 60% pada pendapatan tahunan mereka dalam industri narkotika illegal.
Pada beberapa laporan mengatakan pendanaan Taliban yang diperoleh dari penjualan opium illegal sekitar $40 juta per tahun. Pendapatan tersebut diperoleh dari pungutan produksi opium, laboratorium dan pengiriman narkotika.Â
Para anggota Taliban bahkan dapat menghasilkan lebih banyak uang melalui pungutan biaya distribusi (impor dan ekspor) pada setiap pos penjagaan.
Kehidupan Sekaligus Ancaman Masa Depan
Pengaruh Taliban terhadap Afghanistan dalam produksi dan perdagangan narkotika sudah banyak mempengaruhi aspek kehidupan di wilayah tersebut.Â
Terlepas dari kemenangan atau kekalahan Taliban dan peperangan di masa depan, tidak memungkinkan perekonomian narkotika Afghanistan akan menghilang atau berkurang.Â
Fakta lapangan menggambarkan bahwa jika Taliban mendapatkan kekuasaan penuh atas kemenangan mereka, maka produksi opium akan terus berlanjut dan berkembang.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa produksi opium menjadi sumber kehidupan rakyat Afghanistan di tengah situasi ketegangan.Â
Seperti pada laporan survei opium UNODC Afghanistan, sumber pekerjaan utama di Afghanistan melalui panen dan produksi opium 2019 telah menyediakan 120.000 pekerjaan.Â
Hal ini memperlihatkan bahwasanya produksi opium membuka lapangan pekerjaan untuk memberi makan hampir setiap keluarga disana yang terdampak konflik.
Peningkatan permintaan pasar terhadap narkotika juga membuka inovasi pada produksi obat-obatan Afghanistan. Seperti pada warga Afghanistan yang kini dapat memproduksi metamfetamin atau shabu dari masing-masing laboratorium rumah produksi lokal.Â
Kini mereka bahkan dapat membuat metamfetamin dengan mengekstrak Ephedra atau efedrin, sejenis rumput yang mudah dipanen dari lereng bukit setempat.
Potensi produksi dari efedrin dan metamfetamin (dari ekstrak opium) menjadi ancaman yang sangat mengkhawatirkan dengan kecepatan kemunculannya dari dapur produksi.Â
Hal ini tentu saja dapat memperluas penyebaran narkotika dalam memenuhi permintaan pasar. Sehingga angka kematian akibat narkotika dapat semakin besar.
UNODC bahkan memberikan contoh jumlah kematian pada negara-negara NATO akibat overdosis dan kecanduan pada narkotika, melebihi jumlah kematian tentara NATO yang tewas pada pada pertempuran di Afghanistan terdahulu.
Kemudian, perdagangan narkotika di Afghanistan yang telah melekat dan menyebar luas baik dalam negeri maupun luar negeri dapat mendorong terbukanya pasar narkotika global.Â
Sedangkan pengaruh keberhasilan Taliban dalam mendanai aktivitasnya melalui aliran narkotika, dapat mempengaruhi lahirnya kelompok teror lainnya dengan kepemilikan sumber pendanaan baru yang tentunya dapat mengancam keamanan dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H