Dengan demikian, simbolisme melati dan belati secara kontras menggambarkan kedamaian dan kebaikan (melati) berlawanan dengan ancaman dan kekerasan (belati).
Kedua simbol ini bisa dijadikan metafora untuk melukiskan dualitas dalam kehidupan, yang seringkali terdiri dari kebaikan dan kejahatan, kedamaian dan konflik, kesucian dan kekerasan, yang berdampingan dalam kenyataan manusia. Sebagai manusia, kita perlu mengakui serta mampu mengintegrasikan kedua hal ini dalam perjalanan kehidupan sebagai kunci untuk menjadi individu yang seimbang. Kedua hal ini dapat menginspirasi kita untuk menunjukkan peran membantu serta menyediakan ketenangan dan kekuatan bagi orang lain yang membutuhkan.
Semoga melati dengan keharumannya yang menyegarkan dan keindahannya yang menenangkan, akan bertahan di tengah kegaduhan kehidupan. Saat menatap melati, itu akan menciptakan kesadaran akan keindahan sederhana di sekitar kita yang sering terabaikan dalam rutinitas sehari-hari. Di sisi lain, ketika kita menggenggam belati tanpa menancapkannya, maka kita sedang merasakan kekuatannya yang menguatkan, menegaskan bahwa kehidupan tidak selalu lembut dan sering kali memerlukan ketegasan serta ketangguhan untuk menghadapi rintangan yang ada. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H