Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menatap Melati atau Menancap Belati

18 Maret 2024   11:08 Diperbarui: 18 Maret 2024   11:34 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada Frasa pertama "menatap melati" mengandung banyak makna yang dapat diinterpretasikan secara simbolis. Menatap melati bisa diartikan sebagai tindakan mengagumi atau memperhatikan sesuatu yang indah atau suci dalam kehidupan. Ini bisa mencerminkan sikap penghormatan terhadap kebaikan, kedamaian, atau keindahan dalam situasi tertentu. Secara filosofis, "menatap melati" juga bisa melambangkan introspeksi atau refleksi mendalam terhadap kebaikan batiniah atau keindahan spiritual dalam diri sendiri atau di sekitar kita.

Frasa ini juga dapat mewakili tindakan menghargai keindahan alam, menghormati kebaikan dalam hubungan antarmanusia, atau menunjukkan penghargaan terhadap nilai-nilai yang suci dan tulus dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menatap melati, seseorang mencoba untuk menghargai, memahami, dan merasakan kedamaian serta keindahan yang ada di sekitarnya. 

Pada tingkat lebih dalam, frasa ini mungkin juga menggambarkan sikap kesadaran akan keindahan yang tersembunyi di tengah-tengah kehidupan yang sibuk dan penuh tantangan. Ini mengajarkan kita untuk memperlakukan kebaikan dengan penuh perhatian, menghargai momen-momen kecil yang berharga, dan menjaga hati agar tetap terbuka terhadap keindahan yang ada di sekitar kita.

Pada frasa kedua "Menancap belati" adalah gambaran dari sebuah aksi atau tindakan menusuk atau menusuk dengan belati. Sebuah gambaran yang menggambarkan tindakan kekerasan, ancaman, atau bahkan pengkhianatan baik secara verbal maupun nonverbal. Arti belati adalah suatu benda tajam yang digunakan untuk menyerang atau melukai seseorang. 

Oleh karena itu, "menancap belati" tidak hanya mencerminkan tindakan fisik yang menyakitkan, tetapi juga dapat mencerminkan pengkhianatan emosional, penghianatan dalam suatu hubungan, atau tindakan merugikan secara keseluruhan yang berdampak negative bagi orang lain. 

Dalam konteks yang lebih luas, frasa ini bisa mencerminkan bahaya, kekerasan, atau ancaman yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Ini bisa menggambarkan situasi atau tindakan yang merugikan, menyakiti, atau menimbulkan bahaya bagi individu atau kelompok tertentu. Hal ini menjadi pengingat bahwa tidak semua yang terlihat di atas permukaan baik itu selalu aman, tetapi kita perlu tetap waspada terhadap situasi atau orang-orang yang mungkin membawa ancaman atau kerugian bagi hidup dan kehidupan kita.

Di antara kedua Frasa "menatap melati dan menancap belati" sungguh mengandung makna yang mendalam yang mencerminkan perpaduan antara kedamaian dan kekerasan, serta kontras dalam sebuah situasi atau tindakan. Bagaimana sikap kita menghadapi dua situasi yang tak bisa kita hindarkan. Sesungguh manusia mengharap bisa "Menatap melati" terus tumbuh dan berbunga di ladang kehidupan namun terkadang pula muncul manusia yang menggenggam belati dan sewaktu-waktu akan menancapkan pada tubuh kita. Pemahaman frasa ini mengajarkan bahwa dalam hidup, kita dihadapkan pada berbagai situasi yang memiliki dua sisi atau dimensi yang berlawanan.

Kita harus bisa memahami bahwa ada saat-saat ketika kita menikmati keindahan dan kedamaian, sementara pada waktu lain kita mungkin dihadapkan pada konflik atau bahaya yang mengintai sehingga perlu diatasi. 

Selain itu, frasa ini juga bisa diartikan sebagai simbol dari kompleksitas manusia itu sendiri. Kita sebagai individu sering memiliki sisi-sisi yang berbeda: ada sisi kebaikan, kelembutan, dan kedamaian dalam diri kita, tetapi juga ada sisi yang mungkin keras, tajam, atau bahkan berpotensi berbahaya. Dengan memahami frasa ini, kita diajak untuk memiliki kesadaran akan perbedaan dan keberagaman dalam kehidupan, serta untuk menerima bahwa kebaikan dan kekerasan bisa saja ada dalam satu kesatuan.

Penting bagi kita untuk tetap bersikap tenang dan menikmati damai dalam menghadapi berbagai bentuk tekanan yang mendatangkan ketegangan atau konflik, sambil tetap waspada terhadap potensi bahaya yang mungkin muncul dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pada setiap perkataan dan tindakan kita perlu menakar nalar secara matang terlebih dahulu agar kemunculannya seperti melati terpandang indah bukan menjadi belati yang menggunting kekuatan cinta pada kehidupan. 

Namun demikian, dalam realitas kehidupan, tak jarang kita menemukan kebutuhan untuk menyatukan kedua konsep ini. Ada momen di mana ketenangan melati diperlukan untuk mengatasi ketegangan dalam situasi yang menuntut kekuatan. Memiliki kelembutan dan ketegasan yang seimbang akan membantu kita dalam menghadapi masalah dengan pikiran yang jernih dan hati yang lapang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun