Mohon tunggu...
Salma Sakhira Zahra
Salma Sakhira Zahra Mohon Tunggu... Freelancer - Lahir di Jakarta, 28 Februari 2002. Alumni TK Putra III (2007/2008), SDSN Bendungan Hilir 05 Pagi (2013/2014), dan SMPN 40 Jakarta (2016/2017). Kini bersekolah di SMAN 35 Jakarta.

Nama : Salma Sakhira Zahra TTL : Jakarta, 28 Februari 2002 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sal!

17 Agustus 2020   14:20 Diperbarui: 17 Agustus 2020   14:17 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ditha!" panggil ibu yang sudah menunggunya di depan rumah.

"Iya..." Ditha menghampiri ibu yang menaiki sepeda motor. Ditha ikut menaiki sepeda motor. Berangkat...

Ditha, lelaki berparas SMA (Sekolah Menengah Atas) adalah seorang rupa yang banyak memenangkan juara dan prestasi yang ia dapat mampu memenuhi satu lembar kertas. Ditha, ia ramah.

Seragam putih-putih rapinya sudah menarik perhatian banyak murid. Guru saat ini berkumpul di ruangnya. Ditha ingin masuk, namun terurung. Ia menunggu di depan ruang guru.

"Ditha!" panggil Pak Tara, wali kelas Ditha di kelas 11 IPA 1.

"Bapak!" Ditha menyalimi punggung tangan pria lemah lembut tersebut.

"Kenapa menunggu disini?" tanya Pak Tara.

"Ada keperluan dengan guru!" jawab Ditha.

"Masuk saja!"

---

"Sampai sekarang aku belum tahu cara menjadikan yang ada di hadapan menjadi nyata!" ucap Ditha pada berlembar kertas di hadapannya. Sebuah alat penyaring penyakit otak.

Tulisan itu bagus walau Ditha sering dikejar guru karena harus menyelesaikan tugas Karya Ilmiah Remaja (KIR). Namun ia berkepribadian tenang, ia tetap menulis tanpa terbawa bayangan.

Tinta hitam itu terus mengiang di telinga dan terus mengalir di pikiran. Karya ini belum ia ungkap dengan guru di sekolah. Ia menyimpan sendiri.

Ditha orang yang suka menyendiri, tak ada yang menyadari bahwa setiap hari di sekolah, ia terus membawa lembaran karya tulis ilmiah ke tempat kesendirian. Ditha terkadang ragu, apa ini pantas untuk dipandang orang lain?

---

"Ditha kemana? Aku belum melihatnya!" Salma, wanita berambut panjang hitam pekat terurai menelusuri sudut sekolah. Atas perintah Pak Tara, ia harus mencari murid berprestasi tersebut.

"Kemana?" Salma terus mencari. Hingga bel masuk berbunyi, ia tak kunjung menemukan dan kembali ke kelas.

"Kamu siapa?" tanya Ditha sambil duduk di tempat duduk.

"Orang!" jawab Salma sambil memikirkan tugas yang belum usai. Ditha diam dan mengeluarkan buku tulis dan cetak.

"Dith, dipanggil Pak Tara!" ucap Salma membuat Ditha menaikkan sebelah alis.

"Pak Tara guru sekolah?" Salma mengangguk. Ditha pergi meninggalkan wanita beratribut SMA tersebut. Sampai di ruang guru, ia menemui pria tinggi idaman para murid.

"Bawa buku tulis teman-temanmu!" tertera buku tulis paling atas nama lengkap yang membuatnya menaikkan sebelah alis.

Salma Rania Chandradinata
XI IPA 1

"Hah!"

"Sal!" Ditha melempar buku ke arah meja orang sebangkunya.

"Siapa lagi?" tanya Salma sambil membuka buku tulis.

"Aku juga tidak tahu siapa. Aku tak tahu ada murid bernama Salma Rania Chandradinata!"

"Kenapa kasih ke aku!"

"Mungkin mau memberi buku itu ke murid bernama Salma!"

"Aku Salma Rania Chandradinata, murid pindahan dari SMAN Elang, umur 16 tahun, alasan pindah karena memutuskan untuk merantau ke kota ini!" ucapnya panjang lebar.

"Oh!" Ditha membaca buku cetak tanpa menatap lawan bicara.

"Dith!" ia mengawali pembiasaan.

"Itu Salma?" Ditha mengangguk batin.

"Sudah di sekolah berapa hari?" Ditha menggeleng batin.

"Dith, aku ke UKS (Unit Kesehatan Siswa) dulu!" Salma keluar kelas tanpa memikirkan teman-teman kelasnya.

"Salma, wanita itu membuatku tersadar bahwa aku memiliki teman walau hanya sebuah bangku. Wanita itu mencariku karena Pak Tara, aku heran, apa aku yang tidak menyadari kehadirannya atau ia yang tidak mau ada yang menyadari kehadirannya,"

"Hari terus berlalu, aku mendengar suaranya yang cenderung tegas, ia menyapa setiap pagi pada teman-teman. Duduk tanpa mengeluarkan suara untukku."

"Sal!" Ditha menghampiri Salma di dalam UKS. Terbaring seorang wanita yang berbaring dengan wajah pucat namun tetap terpancar rupanya.

"Pulang!" Ditha menaikkan sebelah alis pada teman baru. Salma mengangguk dan berjalan menuju kelas.

---

"Salma!" mama memanggilku. Ia datang membawa nasi dan telur ceplok untuk menemani masa berbaringku.

"Terimakasih Ma!" ucapku tersenyum. Beliau mengelus puncak kepalaku kemudian pergi dan menghilang. Aku memakan nasi dan telur ceplok yang khas dengan garam pada kuning telur tersebut.

Dret!! panggilan telepon terus bergetar di telinga, aku mengangkat telepon tersebut.

"Sal!" suara Ditha.

"Apa?"

"Lagi sibuk?" tanya pria tersebut. Ku jawab dengan penolakkan.

"Lihat kiriman fotoku ya!" ku iyakan dan panggilan terputus.

Aku melihat hasil pekerjaan rumah dari guru yang selesai dikerjakan oleh Ditha. Tulisan bagus itu membuatku terus menjadikan sebagai ilmu.

'SAL, MOHON DIKOREKSI, TULISAN SUDAH PANJANG LEBAR SEPERTI CURHAT!!!!'

Catatan berhuruf kapital membuat mata membelok. Ditha kenapa?

"Hm!" ku kirim pesan singkat padanya. Aku meneliti setiap kata yang ia tuliskan untuk pekerjaan rumah. Aku merasa Ditha seperti ingin merasakan sesuatu namun...

"Au!"

---

"Apa!" Ditha terkejut ketika mendengar Salma dirawat di rumah sakit. Teman yang memberitahu langsung memasang wajah datar.

"Ditha kenapa?"

"Dirawat di rumah sakit mana?"

"Pukul berapa?"

"Kamu tahu alamat rumah sakitnya?"

"Ruang apa?"

"Bisakah aku bertemu dengan orangtuanya?"

"Dith!" temannya memutuskan serbuan Ditha.

"Salma sudah mengirim pesan singkat padamu!"

"Apa!" Ditha sibuk mengeluarkan ponsel dan mengecek pesan singkat di antara pesan singkat yang tak dibaca olehnya. Salma berada di posisi pesan singkat kelima. Ia membuka pesan singkat dari temannya.

'Dith, aku dirawat di Rumah Sakit Muda Karya, izinkan pada Pak Tara atau sekretaris. Ruang Mawar Kamar 1!'

"Tante..." Ditha yang bahkan tak tahu apa ia benar menyebutkan bahwa beliau adalah ibu Salma menyalimi tangan beliau.

"Aku Ditha!" ucap Ditha. Ditha menjelaskan tentang dirinya yang berkaitan dengan Salma. Ibu dari Salma mempersilahkan pria itu masuk.

"Kenapa?" tanya Ditha.

"Ada deh!" Ditha memasang wajah cemberut. Ia duduk di sebelah tempat tidur Salma hingga ia tertidur.

"******* ******** ********** ********

________________"

"Kenapa?" tanya Salma pada teman sebangku tersebut. Ditha memgeluarkan lembar kertas warna merah muda dan tidak menghiraukan pertanyaan Salma. Salma memandang langit-langit rumah sakit.

---

"Salma!!!!" teriak Ditha ketika melihat teman baru akan mengisi kekosongan bangku di sebelahnya. Salma menaikkan sebelah alis dan duduk kemudian membawa kepala ke arah tangan. Ia membaringkan kepalanya.

---

Aku menunggu satu tahun ini dan wanita tersebut sudah berada di hadapanku. Aku siap dengan hal yang tersembunyi selama ini. Ku pasang selang itu di tengkuk dan Salma sudah menenangkan badannya.

SELESAI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun