"ingat bagaimana awal perjuanganmu. Bagaimana kamu sangat bersemangat untuk mewujudkan impian mu menjadi penyanyi. Bagaimana kerja keras mu berlatih selama ini. Jangan menyerah ya? Mama yakin setelah hujan badai akan ada pelangi yang indah. Kamu hanya perlu bersabar dan tetap kuat."
"Ma, aku minta maaf ya..? Aku, aku hanya ketakutan" suaraku terdengar menyedihkan.Sungguh aku benar-benar tak kuat mendengar ucapan Mama, sangat terharu. Bersyukur sekali mempunyai ibu yang sangat menyayangiku.
"Jangan meminta maaf, jangan takut, jangan terlalu khawatir, sudah ya jangan menangis lagi. Kamu benar-benar berharga bagi kami. Cobalah untuk tidak berlebihan memikirkan perkataan buruk orang tentangmu. Dan berceritalah kepada Mama jika kamu mengalami kesulitan"
"Ma, aku mau bicara, dan meluruskan hal tadi. Mama, aku sungguh tak iri kepada band-mate ku, yang bibi Jie bilang kalau mereka mendapatkan lebih banyak spotlight dibanding aku. Tapi ma, aku pun ingin bersinar juga, aku tak mau hanya dikenal sebagai bayang-bayang saja. Aku juga mau menghasilkan karya sendiri. Boleh aku egois ma? Aku janji tidak akan menyerah!"
"Apapun lakukan hal yang buatmu senang. Asal jangan mundur ya, sayang? Beri kesempatan pada diri sendiri, buktikan bahwa karyamu sangat indah. Jangan lupa kabari management dan pihak lain. Ingat kamu masih terikat kontrak lho."
"Mama.. aku sayang banget sama Mama!"
"Mama juga, nak. Dan banyak orang yang sangat menyayangimu. Lihat? Handphone Mama dipenuhi pesan dari kawan band mu. Coba kau kabari mereka dulu ya?
"Aku juga sayang kakak! Lihat, aku membawakan jelly kesukaanmu yang banyaaak!" tiba-tiba adikku bersama papa juga paman bibi masuk kedalam kamarku.
"Papa juga sayang kamu, nak. Maafkan sikap Papa yang tadi ya, Papa benar-benar mengkhawatirkanmu. Dan, oh, untuk urusan mu dengan agensi dan management sudah Papa urus, kamu tenang saja disini ya." Aku langsung membukakan tangan lebar-lebar untuk memeluk papa.
"Kita semua sayang kamu, Jil. Kamu anak yang baik. Paman meminta maaf atas sikap bibi yang tadi, kalau saja ada paman disana menenangkan bibimu mungkin tidak akan terjadi seperti ini."
"Sudah paman, aku tidak mengapa kok atas kejadian tadi. Bibi mungkin terlalu mencemaskan ku, bibi juga berkata jujur, tidak apa-apa." Bibi menarik bibirnya memunculkan senyuman cantik