Psikoanalisa menganggap katarsis sebagai ekspresi dan pelepasan emosi yang ditekan. Kadang-kadang disebut sebagai "abreaksi", yang dalam psikoterapi berarti mengalami kembali pengalaman emosional yang menyakitkan. Ini biasanya melibatkan kesadaran pada materi yang telah ditekankan sebelumnya (Corsini & Wedding, 1989). Â Istilah 'katarsis' berasal dari kata dalam Bahasa Yunani, kathoros, yang berarti 'untuk menyucikan' atau 'untuk membersihkan.' Banyak bidang keahlian telah menggunakan istilah ini; salah satunya adalah psikologi, yang menggunakan istilah katarsis untuk menggambarkan saat ketika seseorang, berdasarkan teori Freud, mampu melepaskan rasa sakit di masa lalunya dengan mengartikulasikan secara jelas dan menyeluruh seluruh rasa sakit tersebut. Katarsis dapat didefinisikan dalam konteks religius sebagai pengalaman transenden yang membebaskan atau membersihkan jiwa. (Wahyuningsih, 2017)
Peneliti dan ilmuwan terus menyelidiki masalah stres, yang merupakan salah satu topik utama dalam bidang kesehatan mental. Stres adalah masalah kesehatan yang terkait dengan beberapa penyakit, seperti penyakit kardiovaskular, depresi, dan kecemasan (Bunyamin, 2021). Sebagai bagian dari generasi muda, mahasiswa menghadapi banyak tekanan yang dapat menyebabkan stres. Tekanan dapat berasal dari diri sendiri, keluarga, sekolah, teman, dan lingkungan sosial lainnya. Secara akademik, mahasiswa harus memiliki pemahaman yang mendalam dan menyeluruh tentang bidang keilmuan mereka. Selain itu, ia memiliki tanggung jawab perkembangan untuk berinteraksi sosial dengan orang lain. Untuk menyelesaikan tugas perkembangan tersebut, dia harus melakukan banyak upaya dan perjuangan. Mahasiswa akan tertekan karena situasi ini. Stres dapat muncul dari situasi yang menekan. Â (Rahmita dkk., 2017). Tak hanya itu, stress merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi atau menyebabkan beberapa penyakit (Anggarawati, 2021). Di Indonesia banyak fenomena mahasiswa tidak mampu dalam mengelola stres, dari jumlah penduduk di Indonesia untuk usia 15 tahun ke atas 14 juta orang atau 6 % mengalami stress. Stress akan mengakibatkan hal-hal tragis seperti melarikan diri dan bunuh diri misalnya, karena malu dengan nilai ujian rendah menurut Ifdil dan Ardi (dalam Hidayati dkk., 2020).
      Berdasarkan uraian tersebut, peneliti merasa bahwa katarsis atau peluapan emosi pada mahasiswa merupakan hal yang penting untuk teliti agar mahasiswa dapat meluapkan perasaan yang sedang dirasakan dengan cara yang sederhana seperti halnya dengan menulis. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian berupa studi literatur untuk mengetahui efektivitas terapi menulis ekspresif sebagai media katarsis bagi mahasiswa yang mengalami gangguan stress.
METODE
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi literatur, yaitu cara untuk menyelesaikan persoalan dengan menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. Dengan kata lain, istilah studi literatur ini juga sangat familiar dengan sebutan studi pustaka.
Prosedur Penelitian
Menurut Prasetyo (dalam Dwi & Nicky, 2022) terdapat tahapan studi literatur yang harus dilakukan peneliti diantaranya : 1) Mendefinisikan ruang lingkup yang akan direview. 2) Mengidentifikasi referensi yang berkaitan dan berkualitas melalui Google Cendekia. 3) Memilih referensi dan mengelompokkan file berdasarkan kebutuhan penelitian. 4) Menyusun matriks sintesis dari artikel yang diperoleh. 5) Menulis review. 6) Menyimpulkan hasil review.
Sumber Data
Tujuan dari penelitian studi literatur ini adalah untuk mengetahui efektivitas terapi menulis ekspresif sebagai media katarsis pada mahasiswa dengan gangguan stress. Oleh karena itu, kata kunci dalam pencarian referensi penelitian ini meliputi "terapi menulis", "katarsis", dan "gangguan stress" yang dilakukan menggunakan bantuan Google Cendikia melalui tautan https://scholar.google.com dan https://www.researchgate.net. Kemudian peneliti melakukan pemilihan artikel jurnal yang terdiri dari 20 artikel dan disusun menggunakan matriks sintesis untuk mengelompokkan argumen yang berbeda dari setiap artikel dan mengintegrasikannya untuk memperoleh kesimpulan dari keseluruhan artikel.
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data