Mohon tunggu...
salahudin tunjung seta
salahudin tunjung seta Mohon Tunggu... Administrasi - Individu Pembelajar

Mohon tinggalkan jejak berupa rating dan komentar. Mari saling menguntungkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Di Balik Polemik Sebuah Peringatan Tragedi

20 Februari 2022   01:32 Diperbarui: 20 Februari 2022   01:58 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anti-semitisme yang dianut oleh Adolf Hitler tersebut tetap dipegang teguh hingga menjadi Kanselir dan Kepala Negara (Diktator) Jerman dan pasca itu menyebabkan sebuah pembunuhan sistematis maha besar dengan dasar kebencian rasial dan ideologis di era modern. 

Holocaust disebut sebagai pembunuhan yang dilakukan secara sistematis dikarenakan pembunuhan yang dilakukan oleh NAZI itu dilakukan secara bertahap. Kamp konsentrasi didirikan oleh NAZI untuk menampung para tahanan yang dipaksa untuk bekerja hingga mereka kekelahan dan mati. 

Kedatangan Yahudi Hongaria di kamp konsentrasi Auschwitz pada 1944. (source : Hannolans/wikipedia.org)
Kedatangan Yahudi Hongaria di kamp konsentrasi Auschwitz pada 1944. (source : Hannolans/wikipedia.org)

Sebelum dikirim ke kamp konsentrasi, mirisnya, mereka, para korban Holocaust tidak mengetahui bahwa nasib buruk akan menanti mereka. Mereka hanya mengetahui bahwa akan diberikan tempat tinggal baru. (voi.id)

Holocaust sebagaimana dijelaskan di atas tidak hanya memakan korban para orang-orang Yahudi tetapi juga lawan politik, tahanan perang, orang cacat dan mereka yang dianggap kelompok orang-orang inferior oleh NAZI. Dilansir dalam Ensiklopedia Holocaust, jumlah korban Holocaust adalah 6 juta orang Yahudi, warga sipil Soviet sekitar 7 juta (termasuk 1,3 juta warga sipil Yahudi Soviet, yang sudah tercakup dalam angka 6 juta untuk Yahudi), tahanan perang Soviet sekitar 3 juta (termasuk kira-kira 50.000 serdadu Yahudi), warga sipil non-Yahudi Polandia sekitar 1,8 juta (termasuk anggota elite Polandia sekitar 50.000 hingga 100.000 orang), Warga sipil Serbia (di wilayah Kroasia, Bosnia dan Herzegovina) 312.000, bangsa Roma (Gipsi) hingga 250.000, orang-orang cacat hingga 250.000 dan lain-lain. Dengan jumlah yang sangat besar tersebut tentu dapat kita melihat bahwa begitu besarnya dampak dari sebuah ideologi rasial atau kebencian rasial, apapun ideologi tersebut, tidak hanya anti-semitisme.

Kemanusiaan yang dilahirkan oleh pencerahan eropa adalah kemanusiaan yang pada akhirnya dapat terjebak dalam sebuah kemanusiaan yang eksklusif. Walaupun dia mendeklarasikan sebagai sebuah kemanusiaan universal namun ternyata sebagai 'penemu', orang-orang eropa menggunakan sudut pandang mereka dalam memahami kemanusiaan. Oleh karena itu, kemanusiaan pada saat itu dapat melahirkan sebuah kolonialisme dengan maksud memanusiakan orang-orang di luar eropa. Menurut F. Budi Hardiman dalam buku "Humanisme Dan Sesudahnya" menyatakan bahwa kolonialisme memang terjadi karena adanya motif-motif ekonomi. Namun penjajahan tidak akan menjadi kekuatan sistemis apabila tidak ada pembenaran-pembenaran  moral mengenai harusnya membuat bangsa-bangsa di luar eropa menjadi beradab. Dengan demikian "NAZIsme" dapat dikatakan sebagai sebuah pemahaman kemanusiaan, tetapi terkait dengan kemanusiaan yang eksklusif tadi. 

NAZI adalah bentuk lanjut dari Kemanusiaan yang eksklusif, dia tidak merupakan dalam misi memanusiakan orang di kelompok lain di luar NAZI. Tetapi memandang secara rasial atau memandang berdasarkan kelompok atau kelas tertentu. sehingga mereka yang berada di luar kelompoknya bukan hanya dipandang rendah tetapi juga dapat dimusnahkan. NAZIsme adalah sebuah humanisme karena melihat manusia sebagai pusat sejarah, suatu subjek yang dapat merubah sejarah dengan kebebasan dan  kemampuan-kemampuan kodratinya. Namun ketika manusia digantikan atau dipersempit pada ras atau kelas tertentu, humanisme mereka berubah menjadi mendestruksi manusia konkret dengan kekhasan individu dan keberagamannya. Hal tersebut tergambar dari tindakan yang dilakukan oleh NAZI melalui Holocaust yang menghilangkan kelompok-kelompok manusia yang mereka anggap inferior dan menjadikan bangsa Aria menjadi penyelamat dunia karena dianggap sebagai ras yang unggul. 

Holocaust adalah sebuah tragedi kemanusiaan, bukan Humanisme Universal hasil dari pencerahan eropa. Namun merupakan tragedi yang melukai kemanusiaan, dalam arti melukai manusia-manusia konkret. Manusia-manusia yang plural, soal nilai, kebudayaan, gender, hingga agama dan keyakinan. Oleh karena itu, Holocaust adalah sebuah tragedi yang mengacam kemanusiaan kita, kemanusiaan yang penuh pluralisme. Bukan saja merupakan luka bagi orang-orang Yahudi, namun luka bagi kita juga, karena pemahaman humanisme yang eksklusif dapat berakibat bagi siapapun juga nantinya. 

YAHUDI, ZIONISME DAN KONFLIK PALESTINA-ISREAL

Konflik Palestina-Israel adalah  konflik yang diakibatkan oleh adanya 'penjajahan' dan tindakan rasialisme oleh orang Yahudi pro-Zionisme Israel terhadap orang Arab Palestina. Namun saat ini tidak sedikit yang memahaminya secara lebih sempit, yaitu konflik perihal agama. Pertanyaannya adalah apakah Yahudi selalu pro-Israel, pro Zionisme ? 

Kita harus memahami terlebih dahulu mengapa negara Israel dapat berdiri di tengah-tengah dan menyingkirkan bangsa Arab Palestina dari tanahnya. Sebelum Israel berdiri, orang-orang Yahudi tersebar di berbagai negara (hingga saat ini pun masih pula banyak yang tidak menjadi warga negara Israel). Pada 1880, ketika eropa mulai melakukan kolonialisasi ke Afrika, kala itu beberapa orang-orang Yahudi meyakini bahwa keterikatan ras dan agama Yahudi adalah ikatan kebangsaan, yang menyebabkan, mereka seharusnya memiliki hak sebagaimana bangsa-bangsa pada umumnya, khususnya hak untuk berada terpisah dalam suatu wilayah mereka sendiri (negara). Ketika bangsa-bangsa eropa telah melakukan kolonialisasi dan menguasai wilayah-wilayah di luar negaranya. Maka seharusnya, menurut mereka (beberapa orang Yahudi), dapat mengirim penjajahnya sendiri, mendirikan pemukiman di suatu wilayah, yang pada akhirnya berdiri suatu negara, di mana seluruh orang Yahudi di seluruh dunia akan tinggal di situ. Sehingga menurut Dr. Fayez. A Sayegh :

Bagi Zionisme, maka dari itu, penjajahan adalah instrumen dari pembangunan bangsa, bukan hasil sampingan dari nasionalisme yang telah terwujud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun