Mohon tunggu...
Shylla Arista Muchri
Shylla Arista Muchri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia di Universitas Andalas

桜が咲く時に生まれた

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Kesalahpahaman Pragmatik Lintas Budaya Sunda dan Minang dalam Percakapan Sehari-hari

23 Juni 2024   16:15 Diperbarui: 23 Juni 2024   16:18 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Contoh: 

Kata: "Jangkrik"

Makna di Sunda: Kata ini dianggap kasar dan tidak sopan, terutama jika digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Makna di Jawa: Dalam bahasa Jawa, terutama dialek Jawa Tengah, "jangkrik" sering kali digunakan sebagai ungkapan kejutan atau kekesalan, tetapi tidak sekeras maknanya dalam bahasa Sunda.

Kata: "Belegug"

Makna di Sunda: Kata ini adalah bentuk penghinaan yang berarti bodoh atau tolol dan dianggap kasar.

Makna di Minang: Dalam bahasa Minang, kata ini tidak memiliki makna khusus dan tidak dianggap kasar.

Makna di Jawa: Dalam bahasa Jawa, kata ini juga tidak memiliki makna khusus dan tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari.

2. Cara Berkomunikasi:

Sunda: Dalam komunikasi sehari-hari, orang Sunda cenderung lebih berhati-hati untuk tidak menyinggung perasaan orang lain. Mereka sering menggunakan bahasa yang tidak langsung dan mengutamakan kesopanan.

Minang: Orang Minang cenderung lebih terbuka dan jujur dalam mengungkapkan pendapat mereka. Kejujuran dan keterbukaan adalah nilai yang sangat dihargai dalam budaya Minang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun