Mohon tunggu...
Shylla Arista Muchri
Shylla Arista Muchri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia di Universitas Andalas

桜が咲く時に生まれた

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Kesalahpahaman Pragmatik Lintas Budaya Sunda dan Minang dalam Percakapan Sehari-hari

23 Juni 2024   16:15 Diperbarui: 23 Juni 2024   16:18 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KASUS KESALAHPAHAMAN PRAGMATIK LINTAS BUDAYA SUNDA DAN MINANG DALAM PERCAKAPAN SEHARI-HARI

Kelompok 13

Shylla Arista Muchri (2110722036), Sincia Pretia Anisca (2110722006),Wina Aria Safitri (2110721026)

Komunikasi antarbudaya merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan sosial yang semakin kompleks dan dinamis, terutama di negara dengan keberagaman budaya seperti Indonesia. Dalam konteks komunikasi, pragmatik memegang peranan yang sangat vital. Pragmatik merujuk pada studi tentang bagaimana konteks mempengaruhi cara kita memahami dan menggunakan bahasa dalam percakapan sehari-hari. Kesalahpahaman pragmatik sering kali terjadi ketika dua individu dari latar belakang budaya yang berbeda berkomunikasi, karena masing-masing pihak mungkin memiliki norma, nilai, dan ekspektasi yang berbeda terhadap interaksi verbal dan non-verbal.

Budaya Sunda dan Minangkabau adalah dua dari banyak budaya yang ada di Indonesia, masing-masing memiliki karakteristik komunikatif yang unik. Masyarakat Sunda, yang mayoritas berdomisili di Jawa Barat, dikenal dengan gaya komunikasi yang halus, penuh basa-basi, dan cenderung menghindari konflik. Sebaliknya, masyarakat Minangkabau dari Sumatera Barat cenderung lebih lugas dan langsung dalam berkomunikasi. Perbedaan ini, meskipun tampak sepele, dapat memicu kesalahpahaman yang signifikan dalam interaksi sehari-hari.

Dalam percakapan antara masyarakat Sunda dan Minangkabau, kesalahpahaman pragmatik sering kali terjadi karena perbedaan dalam interpretasi makna, intensi, dan strategi komunikasi. Sebagai contoh, ketika seorang Sunda menyatakan ketidaksetujuan dengan cara yang tidak langsung, orang Minangkabau mungkin menginterpretasikannya sebagai ketidakjelasan atau ketidaktegasan. Sebaliknya, gaya komunikasi Minangkabau yang lebih terbuka dan langsung bisa dianggap kasar atau tidak sopan oleh masyarakat Sunda.

Kajian mengenai kesalahpahaman pragmatik lintas budaya ini penting untuk beberapa alasan. Pertama, dengan memahami bagaimana kesalahpahaman terjadi, kita dapat mengidentifikasi strategi komunikasi yang lebih efektif dan sensitif terhadap konteks budaya yang berbeda. Kedua, pengetahuan ini dapat diaplikasikan dalam pengembangan program pelatihan komunikasi antarbudaya yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan toleransi antarindividu dari latar belakang budaya yang beragam. Ketiga, penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi signifikan pada bidang linguistik dan antropologi budaya dengan memperkaya literatur tentang interaksi antarbudaya dan pragmatik.

Lintas budaya pragmatik antara Sunda dan Minang mencakup perbandingan aspek-aspek komunikasi, perilaku, dan nilai-nilai budaya yang khas dari kedua etnis ini. Berikut adalah beberapa poin penting mengenai lintas budaya pragmatik antara Sunda dan Minang:

1. Bahasa dan Ungkapan:

Sunda: Bahasa Sunda sering kali menggunakan ungkapan yang halus dan sopan. Orang Sunda cenderung menggunakan bahasa yang lembut dan ramah, serta menghindari konfrontasi langsung dalam percakapan.

Minang: Bahasa Minangkabau memiliki karakteristik yang lebih langsung dan to the point. Orang Minang sering kali berbicara dengan jelas dan tegas, mencerminkan budaya yang terbuka dan lugas.

Contoh: 

Kata: "Jangkrik"

Makna di Sunda: Kata ini dianggap kasar dan tidak sopan, terutama jika digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Makna di Jawa: Dalam bahasa Jawa, terutama dialek Jawa Tengah, "jangkrik" sering kali digunakan sebagai ungkapan kejutan atau kekesalan, tetapi tidak sekeras maknanya dalam bahasa Sunda.

Kata: "Belegug"

Makna di Sunda: Kata ini adalah bentuk penghinaan yang berarti bodoh atau tolol dan dianggap kasar.

Makna di Minang: Dalam bahasa Minang, kata ini tidak memiliki makna khusus dan tidak dianggap kasar.

Makna di Jawa: Dalam bahasa Jawa, kata ini juga tidak memiliki makna khusus dan tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari.

2. Cara Berkomunikasi:

Sunda: Dalam komunikasi sehari-hari, orang Sunda cenderung lebih berhati-hati untuk tidak menyinggung perasaan orang lain. Mereka sering menggunakan bahasa yang tidak langsung dan mengutamakan kesopanan.

Minang: Orang Minang cenderung lebih terbuka dan jujur dalam mengungkapkan pendapat mereka. Kejujuran dan keterbukaan adalah nilai yang sangat dihargai dalam budaya Minang.

Contoh:

Percakapan dalam bahasa Minang bisa terlihat seperti ini:

Orang Minang 1: "menurut ang iko baa?"

Orang Minang 2: "sabananyo, kecek den iko indak ka berhasil."

Penjelasan: Dalam budaya Minang, kejujuran sangat dihargai, jadi orang-orang cenderung untuk mengungkapkan pendapat mereka secara langsung.

Percakapan dalam bahasa Sunda mungkin terlihat seperti ini:

Orang Sunda 1: "Mangga, urang teu pasti ngeunaheun rncana ieu."

Orang Sunda 2: "Hatur nuhun pikeun masangkeun pikiran ta. Aya ide sansa anu bisa diwangun?"

Penjelasan: Orang Sunda cenderung menggunakan bahasa yang tidak langsung dan mengutamakan kesopanan dalam komunikasi sehari-hari. Dalam contoh ini, mereka mengungkapkan ketidaksetujuan secara halus dan mencoba untuk menawarkan ide alternatif.

4. Tata Krama dan Etika:

Sunda: Orang Sunda sangat menghargai tata krama, terutama dalam interaksi dengan orang yang lebih tua atau memiliki status sosial yang lebih tinggi. Sikap rendah hati dan menghormati orang lain adalah bagian penting dari etika Sunda.

Minang: Orang Minang juga menghormati adat istiadat dan tata krama, namun mereka lebih menekankan pada penghormatan berdasarkan prestasi dan kemampuan individu. Meritokrasi lebih terasa dalam budaya Minang.

Tunduk dan Anggukan: Tunduk sedikit saat berbicara dengan orang yang dihormati atau lebih tua sebagai tanda hormat.

Gestur Tangan: Penggunaan tangan dengan telapak menghadap ke bawah saat menunjukkan sesuatu atau meminta seseorang untuk mendekat adalah umum untuk menunjukkan rasa hormat dan kesopanan.

Perbandingan dan Konteks

Ketika orang Minangkabau dan Jawa berinteraksi, perbedaan ini bisa menyebabkan miskomunikasi jika tidak dipahami dengan baik. Misalnya, orang Jawa mungkin menafsirkan kurangnya tundukan dalam bahasa tubuh orang Minangkabau sebagai tanda kurang hormat, sementara orang Minangkabau mungkin merasa bingung dengan gestur tangan orang Jawa yang tidak mereka kenali.

Contoh Kasus:

Seorang Minangkabau berbicara dengan seorang Jawa di acara resmi. Orang Minangkabau mungkin menggunakan senyuman dan anggukan kecil, sementara orang Jawa mungkin mengharapkan sedikit tundukan sebagai tanda hormat. Jika tidak ada kesadaran budaya, ini bisa menyebabkan salah paham.

Jadi, kesalahpahaman pragmatik antara budaya Sunda dan Minangkabau dalam percakapan sehari-hari menunjukkan perbedaan signifikan dalam gaya komunikasi. Orang Sunda cenderung menggunakan bahasa yang halus dan menghindari konflik, sementara orang Minangkabau lebih langsung dan lugas. Perbedaan ini sering menyebabkan misinterpretasi, di mana orang Sunda mungkin melihat gaya Minangkabau sebagai kasar, dan sebaliknya, orang Minangkabau menganggap gaya Sunda sebagai tidak tegas. Memahami dan menghargai perbedaan ini sangat penting untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dan mencegah konflik antarbudaya. Strategi komunikasi yang sensitif terhadap konteks budaya dapat membantu menciptakan interaksi yang lebih harmonis dan produktif dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia.

Referensi:

 Leech, G. (1983). Principles of Pragmatics. Longman.

Chaer, A. (2007). Linguistik Umum. Rineka Cipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun