Didepan batu nisan aku memejamkan mata dan berdoa sampai matahari terbenam “Terima kasih Leah.”
Pada saat itu, aku putuskan untuk pulang ke rumah. Bukan tempat apartment dimana aku tinggal sekarang melainkan tempat dimana aku dibesarkan.
Berdiri menghadap ibu dan ayah, memberanikan diri dan mengambil keputusan. “Aku sudah siap.”
Mereka memelukku dengan erat tanpa satu katapun. Aku terima tanpa penyesalan.
Dokter berkata kemungkinan aku selamat hanya tiga puluh persen. Bagiku …. itu sudah cukup.
Inilah adalah momen terakhir atau sebuah awal yang baru.
Aku terbaring diruang operasi lalu Dokter menyuntikan obat bius.
Perlahan-lahan aku mulai hilang kesadaran dan cahaya lampu mulai meredup.
Semakin terang sebuah cahaya, semakin gelap bayangannya dan saat-saat seperti ini, kau lah yang paling menerangi hatiku.
“… Leah.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H