"Terus... gimana tanggapan Bimo? Mau dia?" kata Ken Angrok yang ingin segera tahu hasil akhirnya apa.
"Ya pasti maulah! Anak sombong seperti dia pasti mau ambil kesempatan ini. Lalu hebatnya aku, kalian tahu ga? Berapa aku minta Mangga sama dia?" denang bangga Gajah menatap satu persatu temannya.
"Berapa?" serentak semua bertanya pada Gajah.
"Seratus butir!"
"Apa?! Seratus butir mangga?!" semua kaget dengan angka yang disebutkan Gajah. Jumlah itu berarti dua kali lipat target mereka.
"Bimo mau kasih itu semua?" tanya Singo pada Gajah seolah tak percaya.
Gajah menjawab mantab, "Mau! Bahkan dia nyuruh saya untuk mencarikan becak yang akan mengangkut. Aku mikir biar Singo saja yang menghubungi Pak Kardi tukang becak yang suka mangkal di kelurahan itu."
"Kamu kayanya agak sembrono (asal melakukan tindakan), Bimo pasti akan tahu mangga sebanyak itu dibawa kemana," kata Ken Angrok berpikir lebih jauh.
"Aku sudah pikirkan itu Ken," jawab Gajah. Lalu lanjutnya, "Biar Bimo nggak tahu mangga itu di bawa kemana, kita suruh Boyo untuk ngajak dia pergi."
"Waduh! Kalo dia ndak mau piye? aku alasan apa biar dia mau pergi sama aku?" sergah Boyo.
"Gampang, kamu bilang aja kalo Sumi nunggu dia di taman dekat kelurahan. Kalian nunggu aja di situ dulu sampai kira-kira becak pak kardi dan isinya sudah kita amanka. Terus kamu pura-pura bingung aja kenapa kok Sumi ga datang-datang." jawab Gajah mempermudah masalah.