Gajah mendekati Bimo dan Boyo, menyelinap di tengah mereka, lalu berbisik pada Bimo, "Bim, aku ada pesen dari Sumi..." Sontak Bimo dan Boyo memandang Gajah. Bimo lalu menoleh ke arah Sumi, dari tempatnya Sumi memandang Bimo sebentar sambil manggut-manggut. Gajah lalu menarik tangan Bimo menjauh agak keluar Warung. Boyo semakin heran, dia bertanya-tanya mengapa Gajah yang bicara? Lalu dia melihat ke lapangan basket, terlihat di kejauhan Ken Angrok dan Singo juga sedang memperhatikan dirinya sementara Kidang masih ramai-ramai bremain bola. Boyo mencoba memberi kode dengan lirikan matanya kepada Gajah dan Bimo, namun dia tidak yakin jika Ken Angrok bisa melihat kodenya itu karena terlalu jauh. Boyo penasaran, sambil membawa makanannya dia mendekati Gajah dan Bimo yang diluar area Warung. Namun belum sampai mendekat, Bimo sudah berteriak, "Eh..., ojok mrene sik Yok! (eh..., jangan kesini dulu Yok!), situ ae, pilih makanan dulu yang banyak buat adik-adikmu juga."
"Iya Yok..., ojok cedak-cedak sik (jangan dekat-dekat dulu), rahasia iki!" sambung Gajah sambil memberi kode dengan tangannya agar Boyo menjauh. Boyo langsung balik badan dan kembali ke meja jajanan. lalu dalam hatinya dia berkata, "Mumpung, biar aja Gajah yang bereskan, aku mau mabil jajanan yang banyak buat adik-adik di rumah nanti". Dari kejauhan Ken Angrok melihat sepertinya ada yang diluar rencana, kenapa Sumi belum bicara pada Bimo. Dia mengajak Singo untuk mendekat ke arah Warung.
Sambil berjalan ke arah warung, dia terus memperhatikan Gajah yang masih bercakap-cakap dengan Bimo. Dia juga melihat berkali-kali Bimo menoleh ke arah Sumi yang selalu manggut-manggut kalo dilihat Bimo. Ken Angrok menghentikan langkahnya dan menahan Singo untuk tidak terus menuju warung. "Singo, kamu bilang Kidang, kasi tahu Gajah sama Boyo, nanti seperti kemarin kita kumpul di tempat yang sama," kata Ken Angrok pada Singo. Singo hanya manggut-manggut, lalu katanya, "Kita ndak jadi ke warung ta?"
"Ndak usah, aku lihat Gajah sudah benar. Hanya saja aku tidak tahu jadi seperti apa besok." kata Ken Angrok. Lalu mereka berdua kembali ke lapangan. Ken Angrok memang cerdas, dia bisa membaca perubahan rencana yang dilakukan Gajah. Dia paham mengapa Gajah yang bicara pada Bimo tapi tetap menghadirkan Sumi di dekat sana.
***
Seperti kemarin, kelima bocil itu terlihat sedang duduk melingkar di tanah di bawah pohon beringin yang sama. Semua mata tertuju pada Gajah seolah menuntut penjelasan mengapa misi tidak dilakukan sesuai rencana. Ken Angrok sendiri sebetulnya memahami tindakan yang diambil Gajah, namun dia butuh detail penjelasan untuk antisipasi besok pagi.
Gajah sambil tersenyum seolah telah melakukan tindakan cerdas, mulai membuka penjelasan, "Aku tadi memang menggantikan Sumi bicara sama Bimo. Sumi benar-benar tidak mau bicara sama Bimo. Karena waktunya mepet dan aku ndak mungkin bilang ke kalian semua, jadi aku ambil langkah sendiri. Untungnya, Sumi mau mengikuti rencanaku. Dia aku suruh didekat situ agar bisa manggut-manggut kalo Bimo melihatnya. Biar Bimo percaya."
"Wah, kamu kok jadi pinter Jah!" sahut Singo memuji.
"Ga cuma itu kepinteranku," Gajah tampak semakin senang ketika dipuji. Dia lalu melanjutkan, "Aku bilang Bimo, Sumi mau minta mangga buat ngasih sodara-sodaranya yang mau dateng besok sore. Sumi pengin ngasih oleh-oleh sama mereka. Lalu buat menyenangkan Bimo, aku juga katakan kalo Sumi akan memberi tahu kalo mangga itu semua pemberian spesial dari Bimo, anak Pak Kades. Jadi Bimo akan merasa dikenalkan ke seluruh keluarga Sumi."
"Mantep bener gedabrusmu (ngebohongnya) itu Jah," sela Boyo.
"Iyalah... sisan ae tak bombong (sekalian saja saya puji-puji)," kata Gajah sambil tersenyum bangga.