Mohon tunggu...
Said Kelana Asnawi
Said Kelana Asnawi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen pada Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie

Dosen-Penyair, menulis dalam bidang manajemen keuangan/investasi-puisi; Penikmat Kopi dan Pisang Goreng; Fans MU

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lelaki Mendung (Guru)

4 Februari 2024   22:32 Diperbarui: 4 Februari 2024   22:40 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lelaki itu memandang langit kelam, mendung menggayut berat menanggung beban

Deretan duka, kesedihan yang tak diuraikan,

Sampai nanti tercurahkan, tertumpahkan dan bermakna ganda

Adakah ini berkah atau musibah, pilihan rasa yang mungkin tak mudah

Dan bagi lelaki itu, dirinyalah mendung selalu

Berputar rasa antara berkah dan musibah

Dan keduanya berhimpit di waktu yang sama

sedikit mesra namun perih terasa

semakin lama, luka perihnya makin menganga

dibisikkannya: satu waktu hujan akan diturunkan

dan mendung akan berakhiran

bilakah dan kapan?

**

Lelaki yang menanggung beban, hidup diantara fakta dan angan

Profesi yang sempurna, mereguk cinta namun kesedihan juga

Kesedihan yang berbaris, dari pagi ke pagi dan mengiris

Tentang cinta dan angannya, untuk menumbuhkan bunga bangsa

Tentang fakta yang diterima, dirinya tak tumbuh pula

Tanah gersang yang tak tersirami, Seperti mendung yang mencipta banjir

Semua berakhir fakir

Lalu lelaki itu bertanya: dimanakah berkah berada

Dimanakah hujan yang menumbuhkan tetumbuhan

Bilakah?.

**

Lelaki mendung itu masih termangu menimang bingung

Gamang hatinya membawa kaki melangkah memilih arah

Jalan kemuliaan bertabur duri-duri

Cita kehidupan menjadi pelita yang menerangi

Jalan mendatar semerbak bunga mewangi

Penuh keindahan tanpa utopia

Jalan yang diinginkan, padanan kebaikan dari kedua jalan

Jalan khayalan!

Lelaki mendung itu meneteskan airmata

Bahwa mendung memang kelam

Dan itu bukan pilihan!

**

Lelaki mendung itu terdiam di pagi hari

Anaknya terhenti mengembangkan diri

Adakah dia tetap mengajar sebagai profesi

Sebab dia merasa memegang belati tajam, namun puteranya yang tertikam

Tuhan..... sempurnakanlah bagi semua lelaki mendung

Break, 04 september 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun