Mohon tunggu...
Sahwa Sabila
Sahwa Sabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hi! Aku mahasiswa Pendidikan IPS di Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Minat Siswa dalam Pembelajaran IPS dengan Metode Interaktif

23 Desember 2024   10:05 Diperbarui: 23 Desember 2024   10:02 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

       Pendidikan IPS pertama kali dimasukkan secara resmi ke dalam kurikulum sekolah adalah di rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah Revolusi Industri (abad 18). Perubahan Perilaku manusia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan juga teknologi yang menimbulkan dampak perilaku sosial yang kompleks menjadi alasan mengapa Pendidikan IPS atau Social Studies ini dimasukkan ke dalam kurikulum. 

Melihat pentingnya pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bagi setiap warga negara, apresiasi terhadap studi sosial ini semakin meningkat di berbagai belahan dunia, terutama di Amerika, Inggris, serta berbagai negara di Eropa. Konsep ini juga mulai berkembang di Australia dan Asia, termasuk Indonesia. Sehubungan dengan itu, dalam beberapa pertemuan ilmiah, istilah IPS sebagai program pendidikan di tingkat sekolah di Indonesia dibahas lebih mendalam. IPS pertama kali diperkenalkan dalam Seminar Nasional mengenai Pendidikan Kewarganegaraan yang diselenggarakan pada tahun 1972 di Tawangmangu, Solo, Jawa Tengah.

Adapun tujuan Pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwasannya Pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu, Oleh karena itu Pendidikan IPS atau Social Studies harus mengacu pada tujuan Pendidikan Nasional. Dengan demikian tujuan Pendidikan IPS yaitu untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu social untuk mencapai tujuan Pendidikan yang lebih tinggi.   

Menurut Depdiknas (2006), pada dasarnya pelajaran IPS memiliki 4 tujuan, diantaranya: (1) agar peserta didik dapat mengenal konsep yang berhubungan dengan masyarakat, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan juga kritis, (3) memiliki komitmen dan juga kesadaran terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan, dan (4) memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, bekerja sama, dan juga kompetisi dalam mayarakat majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.

Ada tiga aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yaitu aspek intelektual, kehidupan sosial, dan kehidupan individual. Pengembangan kemampuan intelektual berfokus pada kemajuan disiplin ilmu itu sendiri, serta peningkatan aspek akademik dan keterampilan berpikir. Tujuan dari aspek intelektual ini adalah untuk memperkuat kemampuan siswa dalam memahami ilmu sosial, mengasah keterampilan berpikir, serta proses pencarian informasi dan cara menyampaikan temuan mereka.

Sementara itu, pengembangan kehidupan sosial berkaitan erat dengan kemampuan dan tanggung jawab siswa sebagai anggota masyarakat. Aspek ini bertujuan untuk membekali siswa dengan keterampilan berkomunikasi, menumbuhkan rasa tanggung jawab sebagai warga negara dan bagian dari komunitas global, serta mendorong mereka untuk aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan dan kebangsaan. Selain itu, tujuan ini juga mencakup pengembangan pemahaman serta sikap positif siswa terhadap nilai, norma, dan etika yang berlaku dalam masyarakat (Sundawa, 2006).

Fokus utama dari program IPS adalah membentuk individu-individu yang memiliki kesadaran akan kehidupan sosial mereka, termasuk interaksi dan aktivitas manusia dengan tujuan menghasilkan anggota masyarakat yang merdeka, memiliki rasa tanggung jawab untuk melestarikan, meneruskan, dan memperluas nilai-nilai serta ide-ide masyarakat bagi generasi mendatang.

Adapun teori pendidikan sosial adalah gagasan bahwa anak-anak belajar dari mengamati orang lain. Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan. Teori belajar sosial Albert Bandura berusa menjelaskan hal belajar dalam latar wajar. Tidak seperti halnya latar laboratorium, lingkungan sekitar memberikan kesempata yang luas kepada individu untuk memperoleh ketrampilan yang kompleks dan kemampuan melalui pengamatan terhadap tingkah laku model dan konsekuensi-konsekuensinya.

Namun Kenyataannya, proses pembelajaran IPS banyak mendapati hambatan berupa asumsi-asumsi yang keliru terhadap pelajaran IPS ini, diantaranya:

1.Pelajaran IPS merupakan pelajaran hapalan yang disampaikan oleh guru melalui metode ceramah dan juga bercerita di kelas. Oleh karena itu siswa menjadi jenuh dan bosan belajar pelajaran IPS.

2.Dalam pelajaran IPS ini tidak dapat menggunakan alat-alat konkrit yang dapat dimanipulasi atau diotak-atik oleh siswa, sehingga mereka pasif dalam belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun