Namun seiring dengan perkembangan kota dan pertumbuhan jumlah penduduk, perkampungan para nelayan, tumbuh dan berkembang tidak tertata dan tidak terkendali menjadi sebuah kawasan permukimanpadat yang tidak saja di huni para nelayan akan tetapi sudah bercampur dengan pendatang selain nelayan.
Kalau ingin mencoba melihat dari dekat, salah satu kawasanpermukiman kumuh wilayah pesisir yang saat ini tengah ditangani Pemkot Tarakan yakni kawasan kumuh wilayah pesisir Selumit Pantai.
Suasana kondisi permukiman para warga yang hidup di sana sangat memprihatinkan. Tampak lingkungan permukiman terlihat sumpek, tidak nyaman dan tidak sehat sebab tidak dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung yang layak seperti akses jalan, sanitasi dan air bersih.
Untuk sistem jaringan air bersih, meski sudah ada jaringan pipa PDAM, namun kondisi airnya tidak sepenuhnya setiap saat bisa diakses. Kondisi air Lebih banyak tidak mengalir. Apalagi kalau musim kemarau.
Sedangkan soal pengelolaan sampah. Sampah tidak tertangani dengan baik. Tidak ada tempat pembuangan sampah (TPS). Warga lebih suka membuang sampah, langsung ke bawah kolong rumah. Sehingga tidak mengherankan kalau sampah terlihat menumpuk di bawah kolong rumahrumah warga yang menimbulkan bau tidak sedap.
Sebagai jalan penghubung, yang menghubungkan antar rumah warga, berupa jembatan kayu dengan ukuran lebar kurang lebih 2 meter sampai 3 meter yang dibangun diatas air pasang surut dengan disanggah tongkat kayu.
Betonisasi dan daratanisasi
Setiap kepala daerah, tentu memiliki kiat menangani kawasan kumuh di daerahnya masing-masing. Ada kepala daerah sama sekali tidak toleran dengan kehadiran kawasan kumuh di daerahnya. Sehingga untuk menangani masalah kumuh pendekatannya penggusuran dengan tidak segan segan menurunkan alat berat dan aparat Satpol PP.