Mohon tunggu...
Sahril Arahim
Sahril Arahim Mohon Tunggu... -

Sahril A Rahim adalah seorang abdi dalem, pada Pemerintah Kota Tarakan, yang memiliki atensi ekstra pada pembangunan Kota Tarakan Kalimantan Utara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Penanganan Kawasan Kumuh Wilayah Pesisir Ala Kota Tarakan

23 Oktober 2016   13:30 Diperbarui: 23 Oktober 2016   20:00 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rencana Jalan Betonisasi Di Atas Pasang Surut. Dok Pemkot

Namun seiring dengan perkembangan kota dan pertumbuhan jumlah penduduk, perkampungan para nelayan, tumbuh dan berkembang tidak tertata dan tidak terkendali menjadi sebuah kawasan permukimanpadat yang tidak saja di huni para nelayan akan tetapi sudah bercampur dengan pendatang selain nelayan.

Permukiman Kumuh Kampung Nelayan. Dokpri
Permukiman Kumuh Kampung Nelayan. Dokpri
Rumah panggung di Atas Air

Kalau ingin mencoba melihat dari dekat, salah satu kawasanpermukiman kumuh wilayah pesisir yang saat ini tengah ditangani Pemkot Tarakan yakni kawasan kumuh wilayah pesisir Selumit Pantai.

Suasana kondisi permukiman para warga yang hidup di sana sangat memprihatinkan. Tampak lingkungan permukiman terlihat sumpek, tidak nyaman dan tidak sehat sebab tidak dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung yang layak seperti akses jalan, sanitasi dan air bersih.

Sampah Berserakan Di Bawah Kolong Rumah
Sampah Berserakan Di Bawah Kolong Rumah
Karakteristik rumah tempat tinggal warga. Seluruhnya berupa rumah panggung di atas air pasang surut dengan bahan bangunan terbuat dari kayu beratapkan seng. Kerapatan antar bangunan rumah warga saling berimpit satu sama lainhanya dipisahkan lorong sempit.

Akses Jalan Lingkungan Jembatan Kayu. Dokpri
Akses Jalan Lingkungan Jembatan Kayu. Dokpri
Semua rumah warga hampi bisa dipastikan tidak memiliki yang namanya jamban dengan septic tank. Jadi warga kalau mau Buang Air Besar (BAB) langsung kebawah kolong rumah dengan sistem jamban cemplung.

Untuk sistem jaringan air bersih, meski sudah ada jaringan pipa PDAM, namun kondisi airnya tidak sepenuhnya setiap saat bisa diakses. Kondisi air Lebih banyak tidak mengalir. Apalagi kalau musim kemarau.

Sedangkan soal pengelolaan sampah. Sampah tidak tertangani dengan baik. Tidak ada tempat pembuangan sampah (TPS). Warga lebih suka membuang sampah, langsung ke bawah kolong rumah. Sehingga tidak mengherankan kalau sampah terlihat menumpuk di bawah kolong rumahrumah warga yang menimbulkan bau tidak sedap.

Sebagai jalan penghubung, yang menghubungkan antar rumah warga, berupa jembatan kayu dengan ukuran lebar kurang lebih 2 meter sampai 3 meter yang dibangun diatas air pasang surut dengan disanggah tongkat kayu.

Betonisasi dan daratanisasi

Setiap kepala daerah, tentu memiliki kiat menangani kawasan kumuh di daerahnya masing-masing. Ada kepala daerah sama sekali tidak toleran dengan kehadiran kawasan kumuh di daerahnya. Sehingga untuk menangani masalah kumuh pendekatannya penggusuran dengan tidak segan segan menurunkan alat berat dan aparat Satpol PP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun