Bahkan, bullying pada anak
perempuan dapat lebih buruk
dibandingkan anak laki-laki.
Bullying pada umumnya tidak
dilakukan di hadapan figur
otoritas. Inilah salah satu faktor yang
membuat bullying menjadi hal
kompleks.
Faktor lainnya adalah,
berkembangnya Informasi
Teknologi. Di jaman
Informasi Teknologi ini,
ancaman bullying menjadi
semakin meningkat dan tidak
terbatas ruang dan
waktu. Kita
mengenalnya dengan istilah
*Cyber Bullying*. *Cyber
*membuat bullying
semakin mudah dilakukan
bahkan sulit untuk diketahui siapa
pelakunya. *Cyber bullying *dapat
dilakukan melalui email,
sosial media, sms, dll.
Apakah orang tua tahu anaknya
menerima pesan-pesan di email,
fb, atau sms dari seseorang
bernama T3DD1 (sebagai contoh),
dengan isi pesan, "Dasar loe
cewek lebay!
Muak liat muka
loe di sekolah!"
Bayangkan, bagaimana perasaan anak kita,
apalagi kalau dia menyimpannya
sendiri? Apakah T3DD1 adalah
Teddi? Atau apakah dia ternyata
adalah Melinda
(sebagai contoh), teman baiknya sendiri.
*Cyber bullying most happen now!
*
Bagaimana mengatasi bullying?
Sayangnya, yang datang menemui
konselor adalah para korban
bullying.
Untuk mengatasi bullying, semua
pihak harus berperan. Sistem
sekolah yang
membentuk
budaya sekolah, para pendidik di
dalamnya, orang tua dan siswa
siswinya.
Caranya? Ketahuilah, aturan
sekolah sekeras apa pun tidaklah
cukup. Saya beri contoh, ada
pelaku bullying, diberikan skorsing
karena melakukan bullying
terhadap temannya. Pertama,
pelaku ini mungkin berubah
menjadi baik atau..., menjadi lebih
buruk namun
dilakukan secara
sembunyi-sembunyi. Kedua,
apabila pelaku dikeluarkan, pelaku
ini mungkin bertobat dan
berubah menjadi baik di sekolah
baru atau, tetap menjadi pelaku
bullying di sekolah yang
baru.
Cara efektif untuk mengatasi
bullying adalah dengan
"To EDUCATE Compassion dan To Change * *The Wrong Mindset*, dari "*red
bubble thoughts" (istilah untuk
pemikiran yang keliru) yaitu
mengapa saya melakukan
bullying, menjadi " "green bubble
thoughts" (istilah untuk pemikiran
baru yang benar) yaitu apa yang
perlu saya sadari dari "red bubble
thoughts" saya sehingga
menjadi "green bubble thoughts"
kepada semua siswa-siswi.
Meskipun biasanya pelaku
bullying sekitar 5-10 orang di
kelas, namun masih
banyak anak lain
yang kita sebut sebagai
"Bystander" yaitu mereka yang
netral atau takut
mengatakan tidak pada
perilaku bullying teman-temannya.
Melalui "Bullying Prevention
Workshop" kepada
semua murid,
kita tidak hanya menyadarkan
pelaku, menyembuhkan korban,
namun juga mengempower
bystander.
Lalu, karena topik bullying pada
anak laki-laki dan anak
perempuan berbeda,
maka "Bullying Prevention Workshop" harus
diberikan secara terpisah. Sayangnya, saya tidak bisa
menjelaskan di sini bagaimana
proses "workshop" tersebut.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan
membuat kita lebih "aware" terhadap bullying di
sekitar kita dan anak-anak kita.
Tips buat orang tua, jalinlah
komunikasi yang terbuka dan
saling percaya
dengan anak. Sehingga
anak mau bercerita pada Anda
mengenai apa yang dialaminya
sehari-hari.
More info mengenai "Bullying
Prevention Workshop" silahkan
hubungi
info@sahabatorangtuaanak.com .
< info@sahabatorangtuaanak.com >
Salam Pendidikan,
Hanlie Muliani, M. Psi, Psi
*Clinical Psychologist*
*Parenting & Education
Consultant*
*Bullying Prevention Consultant*
dari Sahabat Orang Tua & Anak
(Parenting & Education
Consulting) . *Cyber bullying *dapat dilakukan melalui email, sosial media, sms, dll.