Mohon tunggu...
Sahabatorangtua Anak
Sahabatorangtua Anak Mohon Tunggu... -

Sahabat Orangtua Anak adalah Sahabat yang memfokuskan karyanya pada dunia Parenting & Pendidikan Indonesia\r\n\r\nSahabat Orangtua Anak dikembangkan sejak Februari 2011 oleh Hanlie Muliani, M. Psi. \r\n\r\nDalam naungan Psikolog Hanlie Muliani, Sahabat Orang Tua & Anak juga melibatkan sejumlah Psikolog, Trainer, Assessor dan Terapis yang kompeten di bidang nya serta memiliki integritas yang baik.\r\n\r\nSahabat Orang Tua & Anak menyediakan layanan konseling Training untuk Orang Tua, Anak, Remaja dan Guru, Career Direct Assesment untuk pemilihan studi dan karir, psikotes dan terapi\r\n\r\nSaling berbagi dan menumbuhkembangkan individu, keluarga dan dunia pendidikan di Indonesia melalui layanan Sahabat Orang Tua & Anak yang tepat dan berkualitas, merupakan misi kami dalam berkarya.\r\n\r\nAddress: Ruko Golden Boulevard C 22, Jl. Pahlawan Seribu, BSD\r\nPhone: 021 - 5013 9000\r\nMobile: 08 111 888 951

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bullying Insight Hanlie Muliani Sahabat Orang Tua Anak

28 Mei 2014   13:41 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:02 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bullying Insight

Bullying adalah masalah universa yang ada di sekolah. Dari dulu sampai sekarang, bahkan disekolah yang sangat menekanka nilai agama sekalipun tidak luput dengan masalah bullying pada siswa siswinya.

Sebagai Konselor Pendidikan, cukup banyak saya menerima anak dan remaja korban bullying diruang konseling, mulai dari anak kelas 3 sampai kelas 12.

Banyak diantara mereka menjadi enggan ke sekolah dan merosot akademisnya. Ada yang depresi, bahkan beberapa mengatakan, "I hate my life", dan "Kadang-kadang saya mau meninggal saja"

Memprihatinkan bukan? Namun sayangnya, banyak pihak belum cukup paham mengenai bullying. Menganggapnya sebagai kenakalan biasa, atau justru menyangkal adanya bullying disekolah. Lebih memprihatinkan lagi, korban bully tetap disalahkan, misal dengan mengatakan, "Makanya kamu perlu mengembangkan diri kamu supaya tidak diledek lagi oleh teman-temanmu." Ya, ada benarnya bahwa setiap orang perlu mengembangkan diri.

Namun, apakah juga berarti: "Karena seseorang culun maka dia layak dibully?"

Sebuah pertanyaan untuk kita refleksikan bersama.

Topik bullying pada anak laki-laki berbeda dengan topik bullyingpada anak perempuan.

Seseorang yang terlihat "berbeda" menjadi sasaran empuk bullying milik anak laki-laki dan perempuan, juga senioritas.

Sedangkan yang berbeda adalah:
Topik bullying khas anak laki-laki adalah mengenai prestasi, dan bullying di lingkungan anak laki-laki lebih terlihat.

ï‚·

Topik bullying khas anak perempuan adalah berhubungan dengan perasaan iri hati (envy) terhadap temannya, yaitu iri hati terhadap penampilan fisik, popularitas disekolah, popularitas di tengah- tengah lawan jenis, dll. Bullying anak perempuan lebih tidak terlihat dan biasanya ke arah "psychological bullying".

Bahkan, bullying pada anak perempuan dapat lebih buruk dibandingkan anak laki-laki.

Bullying pada umumnya tidak dilakukan di hadapan figur otoritas. Inilah salah satu faktor yang membuat bullying menjadi hal kompleks.

Faktor lainnya adalah, berkembangnya Informasi Teknologi. Di jaman Informasi Teknologi ini, ancaman bullying menjadi semakin meningkat dan tidak terbatas ruang dan waktu. Kita mengenalnya dengan istilah "Cyber Bullying"

Cyber Bullying membuat bullying semakin mudah dilakukan bahkan sulit untuk diketahui siapa

Bullying Insight

Bullying adalah masalah universal
yang ada di sekolah. Dari dulu
sampai sekarang, bahkan di
sekolah yang sangat menekankan
nilai agama sekalipun tidak luput
dengan masalah bullying
pada siswa siswinya.

Sebagai Konselor Pendidikan,
cukup banyak saya menerima
anak dan remaja korban bullying di
ruang konseling, mulai dari anak
kelas 3 sampai kelas 12. Banyak di
antara mereka menjadi
enggan ke sekolah dan merosot
akademisnya. Ada yang depresi,
bahkan beberapa mengatakan,
"*I hate my life*", dan "Kadang-
kadang saya mau meninggal saja".
Memprihatinkan bukan? Namun
sayangnya, banyak pihak belum
cukup paham mengenai
bullying. Menganggapnya sebagai
kenakalan biasa, atau justru
menyangkal adanya bullying di
sekolah. Lebih memprihatinkan
lagi, korban bully tetap
disalahkan, misal dengan mengatakan,
"Makanya kamu perlu mengembangkan diri kamu supaya
tidak diledek lagi oleh
teman-temanmu." Ya, ada benarnya
bahwa setiap orang perlu
mengembangkan diri.

Namun, apakah juga berarti: "Karena seseorang
culun maka dia layak dibully?"
Sebuah pertanyaan untuk kita
refleksikan bersama.
Topik bullying pada anak laki-laki
berbeda dengan topik bullying
pada anak perempuan.

Seseorang yang terlihat "berbeda"
menjadi sasaran empuk bullying
milik anak laki-laki dan
perempuan, juga senioritas.
Sedangkan yang berbeda adalah:

Topik bullying khas anak laki-laki
adalah mengenai prestasi, dan
bullying di lingkungan anak laki-laki lebih terlihat.
ï‚·
Topik bullying khas anak
perempuan adalah berhubungandengan perasaan
iri hati (*envy*) terhadap temannya,
yaitu iri hati terhadap penampilan
fisik, popularitas di
sekolah, popularitas di tengah-
tengah lawan jenis, dll. Bullying
anak perempuan lebih tidak terlihat dan biasanya ke arah
*psychological bullying*.

Bahkan, bullying pada anak
perempuan dapat lebih buruk
dibandingkan anak laki-laki.

Bullying pada umumnya tidak
dilakukan di hadapan figur
otoritas. Inilah salah satu faktor yang
membuat bullying menjadi hal
kompleks.

Faktor lainnya adalah,
berkembangnya Informasi
Teknologi. Di jaman
Informasi Teknologi ini,
ancaman bullying menjadi
semakin meningkat dan tidak
terbatas ruang dan
waktu. Kita
mengenalnya dengan istilah
*Cyber Bullying*. *Cyber
*membuat bullying
semakin mudah dilakukan
bahkan sulit untuk diketahui siapa
pelakunya. *Cyber bullying *dapat
dilakukan melalui email,
sosial media, sms, dll.
Apakah orang tua tahu anaknya
menerima pesan-pesan di email,
fb, atau sms dari seseorang
bernama T3DD1 (sebagai contoh),
dengan isi pesan, "Dasar loe
cewek lebay!
Muak liat muka
loe di sekolah!"

Bayangkan, bagaimana perasaan anak kita,
apalagi kalau dia menyimpannya
sendiri? Apakah T3DD1 adalah
Teddi? Atau apakah dia ternyata
adalah Melinda
(sebagai contoh), teman baiknya sendiri.
*Cyber bullying most happen now!
*
Bagaimana mengatasi bullying?
Sayangnya, yang datang menemui
konselor adalah para korban
bullying.
Untuk mengatasi bullying, semua
pihak harus berperan. Sistem
sekolah yang
membentuk
budaya sekolah, para pendidik di
dalamnya, orang tua dan siswa
siswinya.

Caranya? Ketahuilah, aturan
sekolah sekeras apa pun tidaklah
cukup. Saya beri contoh, ada
pelaku bullying, diberikan skorsing
karena melakukan bullying
terhadap temannya. Pertama,
pelaku ini mungkin berubah
menjadi baik atau..., menjadi lebih
buruk namun
dilakukan secara
sembunyi-sembunyi. Kedua,
apabila pelaku dikeluarkan, pelaku
ini mungkin bertobat dan
berubah menjadi baik di sekolah
baru atau, tetap menjadi pelaku
bullying di sekolah yang
baru.

Cara efektif untuk mengatasi
bullying adalah dengan
"To EDUCATE Compassion dan To Change * *The Wrong Mindset*, dari "*red
bubble thoughts" (istilah untuk
pemikiran yang keliru) yaitu
mengapa saya melakukan
bullying, menjadi " "green bubble
thoughts" (istilah untuk pemikiran
baru yang benar) yaitu apa yang
perlu saya sadari dari "red bubble
thoughts" saya sehingga
menjadi "green bubble thoughts"
kepada semua siswa-siswi.

Meskipun biasanya pelaku
bullying sekitar 5-10 orang di
kelas, namun masih
banyak anak lain
yang kita sebut sebagai
"Bystander" yaitu mereka yang
netral atau takut
mengatakan tidak pada
perilaku bullying teman-temannya.
Melalui "Bullying Prevention
Workshop" kepada
semua murid,
kita tidak hanya menyadarkan
pelaku, menyembuhkan korban,
namun juga mengempower
bystander.
Lalu, karena topik bullying pada
anak laki-laki dan anak
perempuan berbeda,
maka "Bullying Prevention Workshop" harus
diberikan secara terpisah. Sayangnya, saya tidak bisa
menjelaskan di sini bagaimana
proses "workshop" tersebut.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan
membuat kita lebih "aware" terhadap bullying di
sekitar kita dan anak-anak kita.

Tips buat orang tua, jalinlah
komunikasi yang terbuka dan
saling percaya
dengan anak. Sehingga
anak mau bercerita pada Anda
mengenai apa yang dialaminya
sehari-hari.

More info mengenai "Bullying
Prevention Workshop" silahkan
hubungi
info@sahabatorangtuaanak.com .
< info@sahabatorangtuaanak.com >
Salam Pendidikan,
Hanlie Muliani, M. Psi, Psi
*Clinical Psychologist*
*Parenting & Education
Consultant*

*Bullying Prevention Consultant*
dari Sahabat Orang Tua & Anak
(Parenting & Education
Consulting) . *Cyber bullying *dapat dilakukan melalui email, sosial media, sms, dll.

Apakah orang tua tahu anaknya menerima pesan-pesan di email, fb, atau sms dari seseorang bernama T3DD1 (sebagai contoh), dengan isi pesan, "Dasar loe cewek lebay! Muak liat muka loe di sekolah!"

Bayangkan, bagaimana perasaan anak kita, apalagi kalau dia menyimpannya sendiri? Apakah T3DD1 adalah Teddi? Atau apakah dia ternyata adalah Melinda (sebagai contoh), teman baiknya sendiri.

Cyber bullying most happen now! Bagaimana mengatasi bullying?

Sayangnya, yang datang menemui konselor adalah para korban bullying.

Untuk mengatasi bullying, semua pihak harus berperan. Sistem sekolah yang membentuk budaya sekolah, para pendidik di dalamnya, orang tua dan siswa siswinya.

Caranya? Ketahuilah, aturan sekolah sekeras apa pun tidaklah cukup. Saya beri contoh, ada pelaku bullying, diberikan skorsing karena melakukan bullying terhadap temannya.

Pertama, pelaku ini mungkin berubah menjadi baik atau, menjadi lebih buruk namun dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Kedua, apabila pelaku dikeluarkan, pelaku ini mungkin bertobat dan berubah menjadi baik di sekolah baru atau, tetap menjadi pelaku bullying di sekolah yang baru.

Cara efektif untuk mengatasi bullying adalah dengan "To EDUCATE Compassion dan To Change The Wrong Mindset, dari "*red bubble thoughts" (istilah untuk pemikiran yang keliru) yaitu mengapa saya melakukan bullying, menjadi " "green bubble thoughts" (istilah untuk pemikiran baru yang benar) yaitu apa yang perlu saya sadari dari "red bubble thoughts" saya sehingga menjadi "green bubble thoughts" kepada semua siswa-siswi.

Meskipun biasanya pelaku bullying sekitar 5-10 orang dikelas, namun masih banyak anak lain yang kita sebut sebagai "Bystander" yaitu mereka yang netral atau takut mengatakan tidak pada perilaku bullying teman-temannya. Melalui "Bullying Prevention Workshop" kepada semua murid,

kita tidak hanya menyadarkan pelaku, menyembuhkan korban, namun juga mengempower bystander.

Lalu, karena topik bullying pada anak laki-laki dan anak perempuan berbeda, maka "Bullying Prevention Workshop" harus diberikan secara terpisah. Sayangnya, saya tidak bisa menjelaskan di sini bagaimana proses "workshop" tersebut.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan membuat kita lebih "aware" terhadap bullying disekitar kita dan anak-anak kita.

Tips buat orang tua, jalinlah komunikasi yang terbuka dan saling percaya dengan anak. Sehingga anak mau bercerita pada Anda mengenai apa yang dialaminya sehari-hari.

More info mengenai "Bullying Prevention Workshop" silahkan

hubungi

info@sahabatorangtuaanak.com .

info@sahabatorangtuaanak.com

Salam Pendidikan,

Hanlie Muliani, M. Psi, Psi

*Clinical Psychologist*

*Parenting & Education Consultant*

*Bullying Prevention Consultant*

dari Sahabat Orang Tua Anak

(Parenting & Education Consulting)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun