Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: WA

8 Januari 2021   17:36 Diperbarui: 8 Januari 2021   17:52 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bolak-balik punya pacar. Eh, gendhakan, lha mung sedhela-sedhela ganti laki-laki. Ya, akhirnya orang-orang menyebut gendhakan. Entah, mbuh kenang apa ia kecanthol sama Mas Karno sopir boks yang macho. Kayaknya jantan dan perkasa kaya ADP kali ya? Maka Ida mau jadi istrinya.

"Sedherek-sedherek, warga RT 4. Berhubung Pak Nardi yang terpilih menjadi ketua RT beliau tidak mau karena sakit-sakitan, beliau mengundurkan diri" begitu penjelasan Ketua Pemilihan Ketua RT. Warga yang ikut kumpulan RT setiap tanggal 5 pun gemrenggeng.

"Makanya saya mengusulkan Pak WA yang dalam Pil RT menduduki posisi kedua menggantikan Pak Nardi sebagai ketua RT. Kepripun, Sedherek-sedherek ...?"

Warga masih belum ada reaksi. Mereka hanya kasak-kusuk. Ketika warga masih terdiam, tiba-tiba Mbak Ida bangkit dari nglesodnya di lantai," Saya setuju, Pak RT. Eh ... mantan RT" orang-orang tertawa dan mendongak melihat Zubaidah yang kemayu, "Pak WA, walau belum lama tinggal di RT ini, tapi beliau orang muda yang energik penuh vitalitas. Pasti RT kita akan maju!" Mbak Ida berapi-api lalu memandangi warga. Terakhir memberi senyuman pada WA yang tertawa dan  gedhek-gedhek, tanda emoh.

Akhirnya warga pun setuju usulan dari Mbak Ida. Yah, dari pada bertele-tele, harus ada Pil RT ulang. Ribet amat, kaya Pilpres saja. Secara aklamasi WA  dijadikan  ketua RT.  Mumpung ada orang yang mau dipaksa jadi ketua RT. Warga umumnya bebeh jadi ketua RT. Yah, warga RT 4 umumnya sudah tua-tua dan janda.

Begitulah WA menantu Pak Rasiman mantan ketua RW almarhum yang belum lama jadi warga di RT 4 resmilah menjadi ketua RT. Namun jalannya kepengurusan RT masih tersendat-sendat. Pengurus lain, sekretaris, bendahara dan seksi-seksi jarang menghadiri kumpulan RT. Entah sibuk atau bebeh jadi pengurus RT, entahlah. Untung Pak RT WA sregep mau segala fungsi pengurus RT dirangkapnya.

Pak RT tak mengeluh, ia jadi sekretaris, membuka dan menutup rapat RT. Ia juga jadi bendahara, menerima uang iuran RT lalu dihitung setelah dikeluarkan untuk yang memperoleh arisan, uang itu dibawa pulang disimpannya. Pengurus lain tak ada atau tak mau jadi pengurus. Pak RT WA tak protes maupun komplain.

Sore itu Taman Pinggir Ril Sepur  di sepetak tanah di pinggir rel kereta api setiap sore ramai dikunjungi warga untuk momong anak atau cucu. Ada bangku-bangku taman sederhana terbuat dari batang pohon atau pring tempat untuk duduk menunggu kereta lewat.

"Da, ko  jan penjorangan pisan, ya. Nodhong nyong kon dadi ketua RT" suatu sore Pak RT WA berkesempatan duduk berdua di bangku di bawah pohon mangga di Taman Pinggir Ril  Sepur. Berdua dengan pendukungnya, Zubaidah.

" Selamat ya. Siki dadi ketua RT"" sambil mengajak salaman.

"Lha, mbok wis aweh selamat liwat WA" WA menyambut uluran tangan lalu salaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun