Mohon tunggu...
Saddam Tjahyo
Saddam Tjahyo Mohon Tunggu... -

Pembelajar Muda Ilmu Pengetahuan Sosiologi, yang berslogan ;\r\n" Jangan menjadi lilin, jadilah Matahari ! "\r\nboleh dilihat arsip tulisan saya di ;\r\nbengkeltulissaddamcahyo.blogspot.com\r\nFB ; Saddam Tjahyo, Twit ; @SaddamTjahyo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku pun Melihat dan Geram.

3 Agustus 2012   07:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:17 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara-suara celoteh manusia sore ini mengingatkanku pada kejadian pagi itu.

Aku, bagi sebagian orang yang menyadari peranan eksistensi makhluk hidup di bumi ini,  kita adalah sama, sebagaimana kalian, aku pun hidup dan bisa melihat, bisa merasakan,  bisa mendengar, dan bisa berbuat.

Aku sendiri lebih bersepakat dengan analogi yang pernah diutarakan seorang pengunjung. Layaknya sebuah tubuh, aku adalah jantung, yang memiliki peran vital menjaga keseimbangan hidup tubuh ini, saudara dekatku di umpamakan sebagai organ hati, yang memiliki peran sama vitalnya dalam tubuh ini. Kami berdua merupakan ”simbol kehidupan” kampus ini.

Mengingat celoteh kritis dari seorang mahasiswi manis beberapa waktu lalu saat menanggapi kejadian penggusuran itu.

Aku dengan kemampuan alam yang sederhana pun mampu menangkap maksud perkataanya, Senada dengan celotehnya, Aku fikir Pihak Rektorat yang katanya berperan vital mengatur keseluruhan sistem di Kampus ini, harusnya lebih mampu mengeluarkan kebijakan yang tepat, sesuai dengan kebutuhan objektif. Tidak perlu mereka menambah rusak citra Satpam dengan tindakan kasar penggusuran dan pengusiran pedagang, Tak bijak pula rasanya bila Rektorat yang dihuni kaum intelektual papan atas selalu mengeluarkan kebijakan yang kontradiktif dengan kebutuhan massa.

Mengaitkan pada info yang aku dengar, Kampus ini telah menerapkan sistem pengaturan keuangan yang mandiri toh, mungkin lebih baik bila kepentingan pedagang ini di akomodir dan di buatkan wadah resmi dibawah naungan Rektorat tanpa perlu mengusir dan dampaknya justru hanya keluh kesah yang muncul.

Melihat lingkungan sekitarku beraktifitas yang dulu ramai, kini menjadi agak sepi dan tampak tak terawat, hal ini mengingatkanku pada jasa Kang Sa’i yang senantiasa menyapu dan membersihkan sampah sebelum dan sesudah berdagang setiap harinya.

Namun Sayang, aku hanya bisa melihat, dan aku  geramdibuatnya  !
__________

Kotak Labirin Bandar Lampung, Akhir Juni Tahun 2010

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun