Mohon tunggu...
Saddam Tjahyo
Saddam Tjahyo Mohon Tunggu... -

Pembelajar Muda Ilmu Pengetahuan Sosiologi, yang berslogan ;\r\n" Jangan menjadi lilin, jadilah Matahari ! "\r\nboleh dilihat arsip tulisan saya di ;\r\nbengkeltulissaddamcahyo.blogspot.com\r\nFB ; Saddam Tjahyo, Twit ; @SaddamTjahyo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku pun Melihat dan Geram.

3 Agustus 2012   07:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:17 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada istilah paling unik yang sering aku dengar dari ribuan mahasiswa yang silih berganti meluangkan waktu santainya di tempat ini. Dilemmatical place, haha..

Sepanjang hidupku di sini, aku tak pernah bisa mengenyam pendidikan, tapi tak berarti aku tak memiliki pengetahuan, Aku percaya, bahwa alam raya inilah sekolah ku dan semua orang disekitarku adalah ibu guru, yang senantiasa memberiku pengetahuan, meski mereka tak pernah menyadari itu.

Aku fahami istilah unik itu setelah banyak orang yang mendiskusikannya di tempat ini. Aku tak cukup pandai untuk merangkumnya menjadi sebuah definisi yang logis seperti mahasiswa-mahasiswa itu sering ucapkan, tapi aku faham, setidaknya tempat ini senantiasa menjadi tempat spesial bagi setiap orang yang mengetahuinya, layaknya pelangi, tempat ini memiliki paduan warna yang mengesankan.

Ada semangat, ada canda tawa, ada tangis, ada yang berdegup grogi, ada si pemurung, ada maling, ada rengekkan pengemis kecil, ada si pemalu yang hanya jalan menunduk, ada kesan nyaman, ada cinta, dan tak sedikit yang punya kesan angker atau menyeramkan.

***

Pagi itu aku sempatkan menyapa saudaraku, yang juga beraktifitas di area yang sama setiap detiknya, kamrena kami tak pernah akan beranjak kecuali mereka yang memindahkannya.

”Yay, pulang yay, bawa aja dagangannya semua sekarang !”

”Pokoknya maaflah ya, kita gak mau main kasar, gotong semua dagangan kalian sekarang juga !” Suara –suara lantang itu tiba-tiba memecah pagiku yang sepi.

Puluhan pria tegap berseragam biru dan memegang pentungan itu sumber suaranya, mereka adalah personil Satuan Pengamanan baru yang direkrut untuk meningkatkan keamanan kampus beberapa waktu yang lalu.

”Maaf ya Bapak-Bapak, kami pihak Rektorat kan sudah kasih peringatan dari jauh hari, Ini kampus tempat kuliah, bukan pasar !” tegas Pria berdasi yang datang menyusul.

”Mau gimana lagi Pak, kami cuma numpang cari makan, lagian disini kami pedagang resmi yang punya surat izin, kami juga bayar salar tiap hari kok.” Timpal Kyay Sodri merajuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun